Alasan Bank Indonesia Pertahankan BI Rate 7,5 Persen



( 2015-11-18 04:51:30 )

Selasa, 17 November 2015, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, memutuskan tingkat suku bunga acuan BI (BI Rate) dipertahankan pada level 7,5 persen. Begitu juga dengan suku bunga deposit facility tetap di level 5,5 persen, sedangkan loan facility di kisaran 8 persen. Namun, hasil RDG menyatakan untuk menurunkan giro wajib minimum (GWM) primer dalam rupiah dari 8 persen menjadi 7,5 persen dan berlaku sejak 1 Desember 2015. Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan stabilitas makroekonomi bertambah baik sehingga terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.


Ferry mengatakan, "Penurunan GWM merupakan pelonggaran kebijakan moneter untuk meningkatkan kapasitas landing sebesar Rp 18 triliun." Meski tidak menurunkan bunga acuan, BI yakin inflasi tahun ini lebih rendah. Gubernur Bank Indonesia Agus Marto sangat yakin inflasi 2015 terjaga di kisaran 4 plus-minus 1 persen. Bank sentral memperkirakan defisit transaksi berjalan yang diprediksikan berada pada kisaran 2 persen dari Produk Domestik Bruto 2015.


"Masih tidak pastinya The Fed, maka Bank Indonesia akan tetap berhati-hati menjalani tahap pelonggaran kebijakan moneter," papar Agus. Ia berharap pelonggaran kebijakan melalui penurunan GWM primer ini bisa menambahkan kapasitas pembiayaan perbankan.


Dia menambahkan Bank Indonesia akan terus menjalani koordinasi dengan pemerintah untuk memperkokoh struktur perekonomian sehingga bisa menunjang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan tetap stabil. Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong Bank Indonesia agar mau mengambil kebijakan penurunan suku bunga. Dia memberikan alasan, suku bunga rendah bisa menjerat banyak investasi.


"Tidak ada investasi kalau bunga tinggi, hanya itu rumusnya," kata dia. Kalla meminta Bank Indonesia selalu berpikir jernih dalam setiap keputusannya untuk menjaga stabilitas moneter, khususnya berhubungan dengan kebijakan suku bunga. “Karena kebijakan suku bunga sulit untuk dipahami, kita harus berpikir secara logika,” ujarnya.