BI Sumut Sediakan Rp4,5 Triliun untuk Tukar Uang Lusuh



( 2016-08-24 03:29:14 )

Pada saat ini, Bank Indonesia (BI) sedang berfokus dalam menjalankan kebijakan “clean money policy” atau kebijakan memperbarui uang lusuh yang telah beredar di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan bertransaksi pada masyarakat. Di Sumatera Utara, usaha tersebut dilakukan dengan memunculkan mobil kas keliling milik Bank Indonesia yang dapat digunakan masyarakat yang ingin menukarkan uang lusuh mereka menjadi uang baru. Mobil tersebut pun diturunkan ke wilayah-wilayah pelosok yang terbilang buruk kualitas uang yang beredar di masyarakatnya.

“Kami di BI, terus berkomitmen untuk menarik uang lusuh dari masyarakat. Kita akan turun terjun langsung di mana ada uang lusuh, bekerjasama dengan perbankan dan akan menukar uang lusuh dengan uang yang baik dan segar,” kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Wilayah Sumut, Difi A Johansyah, Rabu (24/08).

Difi juga menambahkan, hal yang sama terjadi saat berkunjung ke Galang dan Tebingtinggi bahwa hampir 90 persen uang yang beredar kualitasnya juga buruk. “Kemarin kita ke Galang, dan kita melihat uang di sana memang jelek sekali. Kita juga ke Tebingtinggi dan menjumpai hal serupa. Hampir 90 persen uang yang beredar di sana kualitasnya buruk. Alhamdulillah masyarakat juga gembira kita bisa datang ke sana, dan kita akan terus terjun ke daerah-daerah yang membutuhkan uang baru,” tukasnya.

Selain melalui mobil kas, lanjut Difi, pembaruan uang juga dapat dilakukan melalui layanan mesin anjungan tunai mandiri (ATM). “Kalau sekarang mengambil uang dari ATM di Sumatera Utara, kualitas uangnya pasti lebih baik dari sebelumnya. Itu sengaja kita lakukan, selain untuk memperbarui kualitas uang di masyarakat, juga untuk memudahkan masyarakat mengenali uang palsu. Kalau uangnya lusuh kan susah mendeteksi palsu atau tidak,” terang Difi.

Sementara itu, Kepala Divisi Sistem Pembayaran BI Sumut, Darmadi Sudibyo memastikan, untuk memenuhi kebutuhan uang baru di Sumut pada tahun ini, pihaknya telah menyediakan uang baru senilai Rp.4,5 triliun. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2015 lalu yang hanya Rp4,2 triliun. “Berdasarkan tingkat preferensi penukaran uangnya, yang paling banyak itu pecahan Rp5 ribu dan pecahan Rp10 ribu,” tandasnya.

“Kita terus melakukan pemetaan data, sampai nanti pada waktunya akan kita bisa melihat tren peredaran uang dan kualitasnya seperti apa. Sehingga kita juga bisa memastikan seluruh uang yang beredar di masyarakat memang memiliki layak edar,” ucapnya mengakhiri.