PDIP Memimpin Koalisi Yang Berlawanan Dengan Ahok



( 2016-09-20 05:55:31 )

Nuryaman Berry Hariyanto yang merupakan Direktur Eksekutif Lembaga Studi Kebangsaan 1998 atau biasa disebut LASTIKA'98 menyarankan kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) seharusnya untuk secepatnya mengambil tindakan strategis-ideologis terkait Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017.

Berry Hariyanto mengatakan tindakan strategis-ideologis yang dimaksudnya ialah PDIP secepatnya memprakarsai Kepemimpinan Koalisi Kekeluargaan, di luar Golkar, Hanura dan Nasdem yang sudah pro Ahok, untuk menyelamatkan Jakarta dari perilaku politik yang 'menyimpang' selama ini yang ditunjukkan oleh calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. "Ini saatnya PDIP menunjukan kualitas dan kapasitasnya sebagai partai pelopor yang selalu berpihak kepada wong cilik demi menyelamatkan Kota Jakarta yang semakin amburadul di bawah kepemimpinan Gubernur Ahok," seru aktivis Lastika'98 ini dalam keterangan tertulisnya hari ini.

Menurut Berry, di bawah perintah PDIP, Koalisi Kekeluargaan akan semakin solid bahkan massif melawan calon petahana. Dan sudah dapat dipastikan, potensi untuk mengalahkan Ahok cukup besar. Meskipun dengan syarat, calon gubernur yang diusung Koalisi Kekeluargaan-atau lebih bagusnya berganti menjadi Koalisi Kerakyatan-harus memiliki kredibilitas dan integritas yang kuat yang bisa membuat Ahok ciut dan gemetar ketakutan. "Dari sejumlah nama bakal calon gubernur yang sudah beredar di publik saat ini, seperti Rizal Ramli, Yusril dan Sandi Uno, yang memiliki energi besar untuk mengalahkan Ahok adalah Rizal Ramli. Karena selain cerdas dan bersih, Rizal Ramli dikenal memiliki integritas, komitmen dan keberpihakan yang kuat kepada rakyat kecil. Dan ini sejalan dengan visi, misi dan fatsun PDIP," sambung Berry.

Karena itu, ia menambahkan, untuk membela wong cilik yang semakin termarginalkan hak-hak hidupnya di Jakarta akibat "kepongahan" Ahok, inilah waktu yang tepat bagi PDIP memperlihatkan sebagai partai yang besar yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai kerakyatan dengan cara bertatap muka dengan Ahok di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Jika sikap politik itu dilakukan, maka PDIP akan kembali mengukir sejarah, menumbangkan kekuatan rezim lama yang tidak pro rakyat, seperti saat reformasi menumbangkan rezim orde baru dan memenangkan Jokowi mengalahkan sisa-sisa kekuatan rezim SBY.

"Namun dengan syarat, penantang Ahok yang diusung PDIP harus yang powerfull dan berpotensi menang. Sepertinya, yang memiliki kriteria itu saat ini hanya ada di Rizal Ramli. Sementara, perdebatan di internal PDIP terkait mengusung kader atau non kader, saya pikir hal itu sudah selesai. Karena, ternyata Rizal Ramli juga masuk kategori sebagai kader PDIP," tandas Berry.

Seperti diketahui, perseteruan antara Ahok dan Rizal Ramli terkait proyek Reklamasi Teluk Jakarta begitu tegang diperlihatkan ke publik, beberapa waktu lalu. Dan jika akhirnya perseteruan "head to head" ini berlanjut di arena Pilkada DKI Jakarta, akan semakin seru dan bisa menjadi pendidikan politik yang baik buat bangsa ini.

Jika calon gubernur Pilkada Jakarta 2017 yang maju hanya ada dua, head to head antara Ahok dan Rizal Ramli, menurut Berry, ini akan menjadi critical moment yang luar biasa. Bayangkan di satu sisi Ahok dikenal sebagai gubernur yang membela mati-matian proyek reklamasi tanpa mempedulikan dampak sosial, ekologi dan lingkungan. "Sementara penantangnya, Rizal Ramli dikenal sebagai sosok yang membela wong cilik debgan menolak reklamasi karena dinilai merugikan masyarakat, khususnya nelayan. Ini pasti seru karena akan membongkar siapa good guy, siapa bad guynya. Siapa yang hak dan siapa yang bathil," ucap Berry mengakhiri.