Perjalanan Politik Boy Sadikin yang Pernah Jadi Ketua Timses Jokowi - Ahok



( 2016-09-28 02:55:53 )

Boy Sadikin memilih keluar dari PDIP setelah berbeda jalan dalam pilgub DKI Jakarta. Boy belum memutuskan di mana untuk karir politiknya akan dilanjutkan.

Keputusan Boy Sadikin keluar dari PDIP setelah menolak keputusan partai berlambang kepala banteng ini untuk mendukung Basuki Tjahja Purnama (Ahok) untuk maju di pilgub 2017. Padahal, pada tahun 2012, Boy Sadikin adalah ketua tim pemenangan Jokowi-Ahok.

Karir politik Boy Sadikin mulai bersinar pada tahun 2009 saat menduduki jabatan sebagai anggota DPRD. Pada tahun 2013, dirinya menjabat sebagai wakil ketua DPRD DKI. Namanya pun sempat digadang-gadang sebagai pasangan Jokowi pada putaran 2012.

Momen terpenting Boy Sadikin berbeda jalan dengan Ahok saat dirinya mengkritik sikap mantan bupati Belitung Timur itu yang memarahi anak buahnya di depan para pengusaha. "Janganlah gebrak-gebrak meja di depan umum. Kalau yang lain (pengusaha-red) pulang, terus mau marah-marahin mereka (bawahan) sih nggak masalah. Ahok seakan-akan membela pengusaha gede," kata Boy.

Kemarahan Ahok disebabkan aduan pengusaha yang dipersulit ketika ingin menghibahkan bus. Kepala dinas menginginkan iklan yang tampil di bus itu dikenakan biaya. "Jangan mau diatur pengusaha dong! DKI itu sekarang ada target kenaikan pajak reklame. Semuanya naik, PBB aja naik. Pemprov sudah diatur (pengusaha-red)!" kata Boy tegas.

Beberapaa hari setelah kritikannya terhadap Ahok, Boy Sadikin kembali melontarkan pernyataannya yang sangat mengejutkan. Dirinya menegaskan tidak lagi mendukung Ahok.

"Gue (saya) aja yang dulu dukung dia, sekarang enggak setuju," kata Boy pada 13 Maret 2014.

"Ahok mau menunjukkan ke pengusaha bahwa dia jagoan. Kemarahan Ahok enggak tepat. Ahok kayak jagoan saja, masih banyak yang lebih 'gila' dari dia," imbuhnya.

Pada tahun 2014, peta perpolitikan di DKI semakin panas setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI. Nama Boy Sadikin kembali dihembuskan untuk mendampingi Ahok distruktur pemerintahan DKI. Ahok sempat bercanda lebih memilih aktris Dian Sastrowardoyo untuk menjadi wakilnya di DKI Jakarta.

"Siapa lagi ya artis? Cornelia Agatha, eh kalau Dian Sastrowardoyo bisa nggak? Dia dari partai mana sih?" canda Ahok kala itu.

PDIP yang kala itu merasa bahwa 'jatah' wakil gubernur adalah milik mereka juga telah mengusulkan Boy Sadikin untuk duduk di kursi itu. Usulan itu kemudian ditolak mentah-mentah oleh Ahok. Ahok akhirnya berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat setelah ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengeluarkan keputusan politiknya.

Pada tahun 2015, DPD PDIP DKI Jakarta memasuki masa pemilihan kepengurusan baru. Boy Sadikin yang mewakili trah dari keluarga Sadikin harus harus berhadapan dengan trah dari Soekarno yang diwakili oleh Puti Guntur Soekarnoputri. Pemilihan ini sempat mengalami dead-lock setelah tidak terjadi musyawarah mufakat dari kedua kubu. DPP PDIP kemudian mengambil keputusan untuk kembali menunjuk Boy Sadikin menjadi ketua DPD PDIP DKI Jakata.

Hanya setahun menjabat, pada Maret tahun 2016, Boy Sadikin mundur dari jabatan ketua DPD PDIP DKI Jakarta. Ada konflik internal di balik alasan mundurnya Boy Sadikin. Banyak yang menduga bahwa keputusan Boy Sadikin mundur dikarenakan tidak setuju dengan kebijakan partai yang dekat dengan Ahok.

"Saya mundur bukan karena persaingan pilkada. Ada ketidak cocokan saya di internal. Ini masalah internal partai. Ada konflik sedikit. Karena saya pikir kalau tetap saya akan menggangu partai. Jadi lebih baik mandiri," kata Boy.

Puncaknya saat Boy Sadikin mengumumkan tidak lagi menjadi kader PDIP setelah partai tersebut benar-benar mengusung Ahok dan berpasangan kembali dengan Djarot. Boy mengajukan surat pengunduran diri dari kekaderan di PDIP dan melayangkan surat itu ke Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.