Pada sesi perdagangan Asia Jumat pagi ini (27/11) Harga minyak mentah bergerak turun, tertekan kekhawatiran kelebihan pasokan, meskipun kegiatan pasar sedang tenang karena liburan AS. Harga minyak berjangka WTI untuk kontrak bulan Desember ditutup turun 145 sen atau 1,05 persen menjadi 42,59 dollar per barel, setelah sebelumnya jatuh serendah 41,72 dollar per barel. Sementara itu harga minyak Brent berjangka turun 71 sen, pada 45,46 dollar per barel, setelah sebelumnya turun lebih dari $ 1 ke sesi rendah $ 45,00 per barel. “Data saham sedikit membangkitkan pasar,” kata ANZ, pedoman pada data dari Administrasi Informasi Energi pada hari Rabu yang menunjukkan pasokan minyak mentah AS naik 1 juta barel pekan lalu, sedikit di bawah ekspektasi analis untuk kenaikan dari 1,2 juta barel.

Pasar saat ini akan memusatkan perhatian pada pertemuan para menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang dilaksanakan di Wina, Austria pada 4 Desember untuk mengkoordinasikan produksi kelompok. OPEC berniat untuk selalu menambah produksi minyak meskipun ketegangan keuangan yang dihasilkan bahkan pada kepala arsitek kebijakan itu, Arab Saudi, mencemaskan anggota yang lebih lemah yang khawatir harga bisa merosot lebih jauh menuju $ 20. Menteri Energi Rusia Alexander Novak memaparkan pada hari Kamis bahwa Rusia dan Arab Saudi akan membentuk kelompok kerja bersama khusus kerjasama minyak dan gas untuk mempromosikan dialog energi antara produsen minyak utama dunia.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak akan berpotensi alami tekanan dengan sentimen kelebihan pasokan minyak dunia. Harga minyak akan bergerak menembus kisaran Support 40,50-38,50, jika harga berbalik menguat akan mencoba menembus kisaran Resistance 44,50-46,50.