Pertumbuhan Kredit Perbankan Lebih Rendah dari DPK



( 2016-11-22 02:15:33 )

Kinerja perbankan di DIY mengalami pertumbuhan selama semester I di tahun ini. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY mencatat, perkembangan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang digulirkan perbankan di wilayah ini mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Kepala OJK DIY, Fauzi Nugroho mengatakan, kinerja perbankan di DIY selama semester pertama tahun ini memang mengalami peningkatan dibanding periode sama tahun lalu. Pihaknya mencatat DPK mengalami pertumbuhan sekitar 10,44% dibanding periode sama tahun lalu. "Ada sedikit peningkatan," paparnya, pada hari Senin (21.11.2016).

Pada semester pertama tahun ini jumlah DPK yang berhasil dihimpun kalangan perbankan DIY mencapai Rp66,1 triliun, sementara periode sama tahun lalu sekitar Rp59,9 triliun. Pertumbuhannya didominasi oleh petumbuhan dari perbankan umum.

OJK mencatat porsi dari DPK bank umum mencapai Rp47 triliun. Periode yang sama tahun lalu, porsi DPK hanya sekitar Rp43 triliun atau meningkat sekitar Rp5 triliun. Sementara untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), OJK hanya mencatat DPK mereka tumbuh Rp3,3 triliun periode yang sama tahun lalu menjadi Rp4,3 triliun semester I tahun ini. Maka, perbankan harus meningkatkan kinerja mereka.

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding dengan kredit yang diluncurkan oleh perbankan. OJK mencatat, angka kredit yang dikeluarkan pada semester tahun ini sebesar Rp36,6 triliun. Sementara pada semester pertama tahun lalu sekitar Rp34 triliun.

Kredit perbankan DIY selama setahun hanya meningkat sekitar 7,4% lebih rendah dari DPK. "Memang DPK lebih tinggi. Kita lihat faktornya apa," ucapnya.

Menurutnya, tidak seimbangnya kredit dengan DPK tersebut karena selama ini banyak perbankan yang lebih berhati-hati dalam meluncurkan kreditnya. Mereka lebih memilih menginvestasikan uang mereka pada yang lebih aman seperti antar bank, sehingga pertumbuhan kredit sedikit lebih rendah dibanding DPK.

Anggota Dewan Komisioner OJK merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Nonbank, Firdaus Jaelani mengakui jika pengucuran kredit di Yogyakarta yang dilakukan perbankan masih harus digenjot lagi. Sebab, angka LDR baru sekitar 66%, jauh di bawah angka nasional 91%.

Perbankan harus mencari berbagai cara agar dana yang mereka miliki atau dana yang berasal dari masyarakat bisa lebih produktif lagi. Jika sektor produktif di wilayah ini masih stagnan, maka dimungkinkan untuk mengambil strategi lain. "Perbankan di DIY harus bisa melirik ke lembaga pembiayaan," tuturnya.

Menurut Firdaus, rendahnya LDR perbankan di DIY mungkin juga dikarenakan faktor kehati-hatian. Namun, dia membantah jika banyak dana masyarakat yang ngendon di perbankan karena tidak dikucurkan dalam bentuk kredit.