Harga Sawit Diperkirakan Naik Jelang Momen Natal dan Tahun Baru



( 2016-12-15 09:01:06 )

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan naik bersamaan dengan lonjakan permintaan saat memasuki momen Natal dan Tahun Baru 2017.

“Prospek kenaikan harga diprediksi masih akan terjadi jelang hari raya Natal dan Tahun Baru,” tutur Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan seperti dikutip Kamis (15/12/2016).

Gapki memprediksi harga CPO global selama Desember ini akan bergerak di kisaran US$ 750—US$ 800 per metrik ton.

Adapun, harga sawit sepanjang bulan Oktober bergerak di kisaran US$ 690 sampai US$ 755 per metrik ton, dengan harga rata-rata sebesar US$ 722 per metrik ton.

Sementara itu untuk harga sepanjang bulan November bergerak di kisaran US$ 722,5 sampai US$ 780 per metrik ton.

Pemerintah juga sudah menetapkan pengenaan bea keluar nol pada Desember karena harga rata-rata CPO berada di bawah batas aturan pengenaan bea keluar yaitu sebesar US$ 750 per metrik ton.

Gapki juga melaporkan ekspor minyak sawit nasional dan turunannya termasuk biodiesel dan oleochemical mengalami peningkatan sebesar 34 persen pada bulan Oktober dibanding pada bulan September. Ekspor naik dari 1,89 juta ton menjadi 2,54 juta ton.

“Ekspor minyak sawit Indonesia meningkat dipicu karena adanya peningkatan permintaan dari hampir semua negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia kecuali Amerika Serikat dan Pakistan,” terang dia.

Adapun untuk produksi minyak sawit Indonesia naik sebesar 6,5 persen menjadi 3,55 juta ton pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya.

Stok minyak sawit Indonesia pada bulan Oktober 2016 tercatat sebesar 2,18 juta ton. Angka ini menunjukkan kenaikan 0,4 persen dibandingkan pada bulan September, yang sebesar 2,17 juta ton.

“Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada November diprediksi mulai menurun memasuki seasonal turun,” tambahnya.

Menurut dia, ekspor CPO nasional bisa naik karena para pedagang mengambil kesempatan untuk membeli pada saat harga sedang melemah dan mengantisipasi kenaikan harga pada bulan berikutnya, bersamaan dengan melonjaknya permintaan jelang hari raya Natal dan Tahun Baru.

Adapun secara persentase ekspor ke negara-negara Timur Tengah, Afrika dan Bangladesh meningkat secara signifikan, dimana masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 147 persen, 154 persen dan 117 persen.

Kenaikan yang cukup signifikan secara volume dibukukan negara-negara Uni Eropa yaitu 163,57 ribu ton (naik 75,5 persen) atau dari 216,59 ribu ton pada September meningkat menjadi 380,15 ribu ton pada Oktober.

Kenaikan permintaan juga diikuti oleh China yang mencatatkan kenaikan sebesar 32 persen atau dari 239,42 ribu ton menjadi 316,45 ribu ton dan India mencatatkan kenaikan 32 persen juga yaitu dari sebesar 462,23 ribu ton menjadi 608,51 ribu ton.