Libya Tingkatkan Produksi, Harga Minyak Tertekan



( 2016-12-22 07:16:37 )

Harga minyak kembali menurun pada perdagangan hari Rabu (21/12) usai Libya menyatakan mampu meningkatkan produksi dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu menambah peningkatan persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu.

Dikutip dari laman Reuters, National Oil Company (NOC) Libya pada Selasa lalu mengkonfirmasi bahwa jalur pipa dari Sahara dan lapangan El Feel kembali dibuka.

Perusahaan berharap dapat menambah produksi 270 ribu barel per hari terhadap produksi nasional dalam jangka waktu tiga bulan yang akan datang.

Libya sendiri dikecualikan dari kesepakatan negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang ingin memangkas produksi 1,2 juta barel per hari selama enam bulan dimulai sejak 1 Januari 2017. Upaya ini dipimpin Arab Saudi dengan pengurangan sebesar 486 ribu barel per hari

Hasilnya, harga minyak Brent berjangka untuk bulan Februari turun sebesar US$0,89 ke angka US$54,46 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka untuk bulan yang sama turun US$0,81 ke angka US$52,49 per barel.

Selain dari Libya, melemahnya harga minyak kali ini juga dipengaruhi sentimen persediaan minyak AS. Menurut Energy Information Administration (EIA) AS, stok minyak mentah AS naik sebesar 2,3 juta barel pada pekan lalu. Meski demikian, stok bensin dan persediaan produk distilasi malah menurun.

Akan tetapi, American Petroleum Institute (API) malah melaporkan adanya penurunan stok minyak sebesar 4,1 juta barel pada periode yang sama. Meski demikian, pelaku pasar yakin suplai minyak tetap akan melimpah meski OPEC dan beberapa negara non-OPEC berencana untuk memangkas produksi.

Sementara itu, Menteri Energi Rusia, Alexander Noval menuturkan produksi minyak Rusia hingga akhir tahun nanti diprediksi sebesar 547,7 juta ton, atau setara 11 juta barel per hari. Angka ini tercatat 2,5 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.