Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) Optimis Ekonomi RI Membaik



( 2017-01-03 06:24:20 )

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) resmi membuka perdagangan saham pada hari ini, Selasa 3 Januari 2017. Dengan demikian, maka perdagangan saham tahun 2017 sudah dimulai.

JK hadir di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 8.50 WIB. Dia hadir bersama dengan Ketua Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo.

Pada sambutannya, JK mengucapkan selamat atas pergantian tahun ini. Dia berharap, dengan tahun yang baru ini keadaan Indonesia semakin baik.

"Harapannya agar tetap memberikan situasi yang lebih baik walaupun kita menyadari dunia, namun seperti dikatakan kondisi tanah air memberi banyak harapan yang baik," ujarnya di BEI Jakarta, Selasa (3/1/2016).

JK berharap, BEI dapat terus menjaga kepercayaan masyarakat. "Menjaga kepercayaan masyarakat karena bursa lembaga yang mempertaruhkan kepercayaan masing-masing," tutur dia.

Muliaman menuturkan, kinerja pasar modal sudah mencapai kinerja yang baik pada tahun 2016. Pasar modal Indonesia mencapai pertumbuhan tertinggi kedua di Asia Pasifik.

"Industri pasar modal kita sudah mencapai kinerja yang cukup menggembirakan, IHSG 15,32 persen, rekor tertinggi pasar modal Indonesia, tertinggi kedua Asia Pasifik," ujar dia.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan saham 2016 dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Darmin memberi apresiasi kinerja BEI karena kinerjanya merupakan salah satu yang terbaik di dunia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat sebesar 15,32 persen secara year to date ke level 5.296,71 pada tahun 2016. Pada 2015, IHSG ditutup pada level 4.593,00. Kinerja IHSG terbaik nomor 5 di dunia dan nomor 2 di Asia Pasifik.

Tidak hanya saham, kinerja positif juga terjadi pada surat utang. "Yaitu di pasar surat utang untuk pertama kalinya surat utang korporasi telah menembus Rp 100 triliun. Persisnya sebesar Rp 113 triliun. Bahkan surat utang negara Rp 470 triliun. Hal tersebut menunjukan pasar modal kita bukan hanya mendukung pembiayaan korporat tapi juga pemerintah, negara," pungkas dia.