Harga Minyak DIperkirakan Tak Akan Naik Tinggi di tahun 2017



( 2017-01-03 06:26:41 )

Membaiknya pergerakan harga minyak mentah dunia pada 2016 dinilai tidak akan kembali terjadi pada tahun ini. Analis menilai, berbagai masalah terkait pasokan minyak masih akan terus berlanjut di tahun baru ini.

Harga minyak mentah mencapai kondisi terbaiknya sejak tahun 2009, dengan meroket hampir sebesar 45 persen. Bahkan energi menjadi sektor berkinerja terbaik di tahun 2016.

Kabar baik ini membuat investor dan perusahaan minyak berharap akan ada pergerakan harga yang lebih besar pada tahun 2017. Terutama mengingat OPEC dan negara non-OPEC sudah bersepakat untuk memotong produksi minyak, sebagai upaya untuk memecahkan kelebihan pasokan global.

Memang hasil pertemuan OPEC pada akhir November memicu harga minyak untuk melompat lebih dari 12 persen hanya dalam satu minggu. Bahkan, berita soal OPEC mendorong harga komoditas tersebut naik ke posisi tertinggi baru pada Desember.

Akan tetapi menurut Tom Kloza, Kepala Analisis Energi Global Oil Price Information Service menilai, kesepakatan yang membawa begitu banyak sukacita itu juga bisa menjadi dampak buruk bagi harga minyak.

"Saya merasa kita akan melihat (permintaan melebihi pasokan) pada tahun 2017, namun saya rasa itu akan menjadi front-end load," ujar Kloza kepada CNBC, Selasa (3/1/2016).

Kloza percaya bahwa harga minyak dapat kembali ke posisi tertingginya di US$ 62,83, seperti pada bulan Mei 2015. Tetapi dia ragu harga minyak akan mencapai lebih dari itu.

Ini berarti bahwa minyak masih dapat melonjak hingga 23 persen atau lebih. Namun hal ini sekaligus menjadi batas tertingginya pada tahun 2017.

"Kita akan melihat beberapa kepatuhan dengan kesepakatan kuota antara OPEC dan non-OPEC, tetapi hal ini akan memudar pada kuartal kedua dan mungkin tidak ada sama sekali dalam paruh kedua 2017," lanjutnya.

Dengan kata lain, skenario terburuknya bahwa negara anggota OPEC dan non-OPEC bisa saja memutuskan kesepakatan tersebut.

Namun Kloza juga berpendapat bahwa faktor domestik dapat memperburuk kondisi membanjirnya pasokan minyak.

"Seperti yang Anda lihat harga naik di atas US$ 55 per barel di pasar negara maju, Anda akan melihat kondisi di West Texas, North Dakota dan bahkan Oklahoma dengan yang disebut shale," ujar Kloza, yang dilandaskan pada booming produksi energi di AS.

"Hal itu akan menjadi penentu besar, atau faktor, yang membuat harga minyak di teluk," ujar analis ini.