Penurunan Komoditas Hortikultura Membuat Inflasi Jakarta Rendah



( 2017-01-04 04:11:40 )

Pencapaian inflasi Jakarta sepanjang tahun 2016 di level 2,37% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dipengaruhi oleh terkendalinya inflasi inti dan volatile food, di tengah kenaikan inflasi administered prices seiring pola musiman pada penghujung tahun 2016. Terkendalinya inflasi tahun 2016 didukung oleh Inflasi kelompok inti yang bergerak relatif stabil sejak awal tahun 2016.

Emas perhiasan, yang mengalami deflasi cukup dalam sebesar 5,72% (mtm), sejalan dengan harga emas internasional yang turun sejak bulan Oktober 2016, kembali menjadi penyumbang utama deflasi kelompok sandang sebesar 0,90% (mtm). Selain itu, deflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,06% (mtm) dan deflasi kelompok kesehatan sebesar 0,06% (mtm) turut menyebabkan terkendalinya inflasi inti.

Tingkat permintaan masyarakat yang masih relatif terbatas, didukung oleh ekspektasi harga masyarakat yang terjaga, serta nilai tukar yang terkendali, merupakan faktor lain yang turut mendukung pencapaian inflasi inti yang stabil tersebut. Pada saat yang bersamaan, inflasi volatile food juga bergerak terkendali.

Terjaganya inflasi volatile food terutama disebabkan oleh turunnya harga-harga komoditas hortikultura dan stabilnya harga beras. Harga cabai merah dan bawang merah tercatat mengalami deflasi, masing-masing sebesar 10,15% (mtm) dan 9,84% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

Jumlah pasokan yang berangsur normal, mendukung turunnya harga komoditas hortikultura, seiring meredanya curah hujan di daerah sentra. Adapun harga beras tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya.

“Antisipasi pengadaan beras oleh Jakarta, dilakukan lewat bekerja sama dengan berbagai instansi terkait, untuk dapat menjaga pasokan beras yang ada. Dengan demikian tidak terjadi lonjakan harga beras di Jakarta,” jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono di Jakarta.

Berbagai perkembangan tersebut membawa inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Desember 2016 sebesar 0,09% (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lima tahun sebelumnya (1,82% mtm). Sebaliknya, inflasi administered prices meningkat, walau masih dalam batas yang wajar, sesuai dengan pola musimnya.

Sub kelompok transpor mengalami inflasi sebesar 1,09% (mtm). Berbagai komoditas transportasi tercatat mengalami kenaikan, antara lain adalah angkutan udara (9,86% mtm) dan kereta api (2,95% mtm). Hal tersebut terkait libur Natal dan tahun baru 2017 yang dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan perjalanan (berlibur), sehingga permintaan jasa angkutan meningkat cukup signifikan.

Kenaikan harga BBM non-subsidi (pertamax, pertalite dan dexlite) per 16 Desember 2016, juga turut menyebabkan kenaikan inflasi administered prices pada bulan Desember 2016. Dia juga menyampaikan proyeksi dengan memperhatikan pola perkembangan harga-harga terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta hingga bulan Desember 2016, rencana kebijakan pemerintah ke depan serta prospek perekonomian domestik yang diperkirakan membaik, inflasi pada tahun 2017 diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2016.

“Kenaikan terutama dipicu oleh rencana pemerintah untuk mencabut subsidi listrik kelompok 900 VA secara bertahap pada pada tahun 2017. Pencabutan subsidi listrik tersebut tidak hanya berdampak pada naiknya tarif tenaga listrik, tetapi juga harga barang/jasa lainnya, terutama yang berasal dari industri rumahan, serta sewa dan kontrak rumah," ujarnya.