Dolar Merosot, Harga Minyak Melonjak 2,5 Persen



( 2017-01-12 07:35:16 )

Harga minyak meroket lebih dari 2,5 persen pada perdagangan Rabu (11/1), waktu Amerika Serikat (AS), bersamaan dengan pelemahan dolar AS usai konferensi pers Presiden terpilih, Donald Trump. Harga minyak juga terkena dampak kabar Arab Saudi yang memangkas ekspor ke Asia.

Dikutip dari laman Reuters, nilai tukar dolar AS melorot usai pidato Trump yang dinilai mengecewakan para investor. Semakin lemah nilai tukar, maka harga minyak dengan denominasi dolar AS juga akakn semakin menurun.

Penguatan harga minyak juga diduga diakibatkan oleh penurunan persediaan di hub minyak berjangka di Cushing, Oklahoma, AS, yaitu sebanyak 579 ribu barel pada pekan lalu.

Hasilnya, harga Brent berjangka meningkat sebesar US$1,46 per barel ke angka US$55,10 per barel. Sementara, harga West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar US$1,43 per barel ke angka US$52,5 per barel.

Di sisi lain, produsen minyak terbesar di dunia, Arab Saudi mengabarkan sudah memberitahu konsumennya di Asia terkait rencana pemangkasan suplai minyak pada Februari 2017.

Namun demikian, hal ini telah diantisipasi dengan strategi importir minyak mencari sumber minyak selain dari organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC), yang sebelumnya mengabarkan akan memangkas produksi.

Pelaku pasar di Eropa dan Cina dikabarkan mengimpor sebesar 22 juta barel minyak mentah dari Laut Utara dan Azerbaijan ke Asia pada bulan ini. Jumlah tersebut merupakan rekor baru dalam beberapa waktu terakhir.

Apalagi, Irak, yang merupakan produsen minyak terbesar kedua di antara anggota OPEC, berencana untuk meningkatkan ekspor dari pelabuhan Basra menjadi sebesar 3,64 juta barel pada Februari mendatang.

Di samping itu, laporan Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, produksi minyak mentah AS juga diprediksi akan meningkat dari 110 ribu barel per hari menjadi 9 juta barel per hari pada tahun ini.