Arab Saudi dan Rusia Pangkas Produksi, Harga Minyak Kembali Naik



( 2017-01-13 10:23:49 )

Harga minyak mengalami peningkatan lebih dari satu persen pada hari Kamis waktu Amerika Serikat (AS), usai eksportir minyak utama, termasuk Arab Saudi dan Rusia yang memangkas produksi untuk mengurangi persediaan minyak yang melimpah.

Pergerakan harga minyak ini juga disebabkan oleh proyeksi permintaan dari Cina yang diprediksi meningkat.

Dilansir dari laman Reuters, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan, negaranya sudah memangkas produksi ke titik paling rendah selama hampir dua tahun.

Di samping itu, al-Falih juga menuturkan, permintaan minyak global diprediksi tumbuh lebih dari 1 juta barel per hari di tahun ini.

Beberapa anggota organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), seperti Kuwait dan Irak menyatakan akan tetap berkomitmen pada pemangkasan produksi.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo mengutarakan, grup kartel minyak itu berharap persediaan minyak dapat turun pada kuartal II tahun ini.

Di sisi lain, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, negaranya baru akan mulai melakukan pemangkasan produksi, sejalan dengan komitmen antar negara non-OPEC.

Di samping itu, China National Petroleum Corp (CNPC) mengabarkan impor minyak menuju Cina diperkirakan naik sebesar 5,3 persen ke angka 396 juta ton pada 2017, dengan konsumsi mencapai rekor sebesar 594 juta ton atau 12 juta barel per hari.

Sehingga, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka CLc1 menguat sebesar US$0,76 per barel ke angka US$53,01 per barel. Sementara untuk harga Brent LCOc1 nenguat US$0,91 per barel ke US$56,01 per barel.

Harga minyak berada pada kisaran yang tinggi sejak 1,5 bulan terakhir, di mana konsumen terpengaruh kabar pemangkasan produksi dari beberapa negara produsen minyak besar.

Di samping itu, OPEC juga sepakat untuk memangkas produksi yang akan dimulai pada Januari tahun ini untuk mengurangi suplai minyak berlebih.