Jepang Didorong Investasi ke Wilayah Indonesia Bagian Timur



( 2017-01-16 04:43:11 )

Menteri Koordinator Kemaritiman yang bernama Luhut Binsar Panjaitan menganggap pemerintahan Joko Widodo berhasil untuk menciptakan sejarah baru. Pasalnya, menurut Luhut, baru kali ini ada pemerintahan yang menjadikan target pemerataan pembangunan setara dengan pertumbuhan ekonomi.

Hal ini lantas menjadi salah satu poin yang dijadikan Luhut untuk mempromosikan Indonesia di depan 28 delegasi bisnis Jepang yang diboyong Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

"Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia bahwa kami mengedepankan di samping pertumbuhan ekonomi juga pemerataan. Sehingga pertumbuhan ekonomi kami membaik itu juga dinikmati 74.000 desa lebih di Indonesia," ujar Luhut dalam konferensi pers Japan-Indonesia Business Dialogue di Hotel Fairmont, Jakarta, pada hari Minggu (15.01.2017).

Dalam hal pemerataan pembangunan, salah satu masalah yang sedang ingin diselesaikan Jokowi adalah kesenjangan pembangunan infrastruktur terutama antara wilayah Indonesia Timur dengan Indonesia Barat. Dalam percepatan pembangunan, pemerintahan Jokowi mencoba belajar dari kesuksesan Jepang.

"Salah satu hal yang penting adalah masalah infrastruktur gap. Untuk itu kami mencoba melihat Jepang sebagai model. Kami berharap pengusaha-pengusaha Jepang dalam hal ini bisa terlibat lebih banyak," kata Abe.

Belum meratanya pembangunan di Indonesia ini justru membuka kesempatan bagi investor asing seperti Jepang untuk berbisnis di Indonesia. Terutama di wilayah Indonesia Timur.

"Disparitas di antara region antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat membuka peluang bagi teman-teman, sahabat kami dari Jepang untuk melakukan investasi di sini. Pembangunan itu harus lebih banyak lagi di Indonesia Timur yang sangat tertinggal dari sebelah barat," kata Luhut.

Berdasarkan dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jepang merupakan negara dengan realisasi investasi terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura.

Hingga kuartal III 2016 lalu, investasi Jepang mencapai 4,498 juta dollar AS atau berkontribusi 21 persen dari total penanaman modal asing (PMA) yang berjumlah 114 negara di Indonesia dengan nilai sebesar 21,461 juta dollar AS. Nilai investasi China hanya menyumbang 1,59 juta dollar AS atau sekitar 7 persen dari total PMA.

Adapun investasi terbesar datang dari sektor otomotif, sektor logam, mesin, dan elektronik, serta sektor kimia dan farmasi. Nilai investasi sektor otomotif mencapai 9,05 juta dollar AS atau meningkat 45 persen dibanding 2015. Kemudian disusul dengan investasi di sektor logam, mesin, dan elektronik dengan nilai investasi sebesar 2,9 juta dollar AS serta sektor kimia dan farmasi dengan nilai investasi 1,58 juta dollar AS.