Menkeu Sri Mulyani Paparkan Terkait Brexit, Trump, dan Ekonomi RI di DPR



( 2017-01-18 08:10:01 )

Dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengutarakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% atau lebih tinggi dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya meskipun ada pemangkasan anggaran.

"Untuk Indonesia pertumbuhan ekonomi diprediksi sekitar 5%, di mana diasumsikan kuartal IV kita akan tumbuh minimal 4,7%," paparnya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (18/1/2017).

Faktor pendorong hal tersebut ialah konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh stabil bersamaan dengan inflasi yang terkendali pada level 3,02%. Lalu kemudian adalah investasi swasta.

"Investasi memang tumbuh dengan lambat karena terdapat tekanan di sektor perbankan," tuturnya.

Belanja pemerintah menjadi kurang maksimal karena adanya pemangkasan dan penundaan anggaran pada pertengahan tahun. Langkah tersebut diambil karena kondisi perencanaan anggaran yang dinilai kurang baik.

"Namun dengan pemangkasan belanja, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tetap bisa lebih besar dari tahun 2015. Ini gambaran pemotongan yang dilakukan secara efektif, dan tidak berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi," paparnya.

Sri Mulyani berpendapat, pemangkasan anggaran memunculkan kepastian bagi kalangan swasta untuk tetap terus berinvestasi.

"APBN yang kredibel tersebut merupakan salah satu aset dan sumber confident untuk menggerakan reda ekonomi secara terus menerus," ujar Sri Mulyani.

Sisi perdagangan ekspor memang dinilai tidak sesuai proyeksi, sebab masih dalam posisi negatif. "Ekspor masih negatif di kuartal IV. Tadinya kita berharap sudah mendekati 0. Namun kelihatannya masih ada penundaan, sehingga diharapkan terjadi di tahun 2017," pungkasnya.

Ekonomi Global di 2016

Pada periode 2016 juga mendapat tantangan dari sisi eksternal. Pertumbuhan ekonomi dunia hanya terealisasi sebesar 3,1% atau jauh lebih rendah dari yang diperkirakan sejak awal tahun. Faktor utamanya yaitu karena lemahnya sisi permintaan.

"Lemahnya sisi permintaan yang kemudian menjadi penyebab harga komoditas belum dapat pulih," ujarnya.

China masih dalam perlambatan. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut perlu melewati masa untuk menjaga kestabilan usai tumbuh tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Di samping itu juga terdapat persoalan yang datang dari Eropa, yaitu Brexit.

"Kemudian Brexit, perlu diperhatikan apakah akan secara drastis ataupun secara gradual," jelas Sri Mulyani.

Suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan beberapa kali dalam rentang waktu satu tahun terakhir. Hal ini bersamaan dengan perbaikan ekonomi AS. Ketidakpastian justru muncul usai terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.

"Bersamaan dengan pemulihan ekonomi di AS, The Fed akan menaikan suku bunga di tahun 2017. Ini menimbulkan pengaruh ke investor dalam penempatan uang di dunia," sambungnya.