Kondisi Pasar Ketat, Harga Minyak Naik ke 51,37 Dollar AS



( 2017-01-20 04:02:49 )

Kondisi pasar minyak yang cukup ketat telah membuat harga minyak pada perdagangan pada hari Kamis (19.07.2017) waktu New York, AS, atau Jumat waktu Indonesia, telah menguat.

Paparan kondisi pasar minyak yang ketat sudah disampaikan oleh Badan Energi Internasional (IEA) sebelum pemotongan produksi OPEC.

Pasar minyak semakin ketat meskipun ada pembengkakan pasokan minyak serpih dari Amerika Serikat (AS).

IEA menyatakan, bahwa persediaan minyak komersial di negara maju turun dalam empat bulan berturut-turut.

Pada perdagangan Kamis, patokan harga minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 19 sen menjadi 51,37 dollar AS, setelah di hari sebelunnya turun ke level terendah dalam satu minggu di 50,91 dollar AS per barel.

Sedangkan untuk patokan minyak mentah Brent naik 34 sen menjadi 54,26 dollar AS per barel, setelah sempat anjlok 2,8 persen sehari sebelumnya.

IEA melaporkan, bahwa persediaan minyak mentah komersial AS naik 2,3 juta barel dalam sepekan yang berakhir di tanggal 13 Januari, sebesar 485,5 juta barel. Kenaikan persediaan minyak di AS tersebut jauh di atas ekspektasi penurunan sebesar 342.000 barel.

Data juga menunjukkan, bahwa peningkatan lebih besar untuk bensin, dan penurunan mengejutkan untuk persediaan sulingan.

"Pada hari ini fokusnya adalah pada gambaran yang lebih besar dan gambar yang lebih positif itu yang membuat harga minyak naik. Gambar yang lebih besar itu termasuk pemotongan pasokan OPEC/non-OPEC dan laporan IEA," kata Scott Shelton, spesialis energi pada ICAP di Durham, North Carolina, pada hari Jumat (20.01.2017).

Harga minyak telah berfluktuasi tahun ini seiring harapan pemotongan produksi oleh OPEC, dan kekhawatiran peningkatan produksi AS yang menghambat upaya pemotongan tersebut.

Kepala IEA Fatih Birol berharap, produksi minyak serpih AS naik 500.000 barel per hari (bph) di 2017 dan akan menjadi rekor baru.

Peningkatan permintaan perlahan membuat pasar minyak global ketat. Namun, analis memperingatkan untuk melihat pengalaman masa lalu yang dialami perusahaan minyak serpih di AS.