OPEC: Pengurangan Produksi Minyak Berjalan sesuai Kesepakatan



( 2017-01-23 10:24:09 )

Organisasi negara pengeskpor minyak (OPEC) dan beberapa negara penghasil minyak di luar OPEC telah memenuhi janji untuk memangkas produksi mulai awal tahun ini. Sehingga berdampak harga minyak mulai merambat naik.

Mengutip dari laman Bloomberg, Senin (23/1/2017), sampai saat ini, negara-negara produsen minyak telah memangkas pasokan produksi minyak kurang lebih sebesar 1,5 juta barel per hari. Jumlah tersebut telah lebih dari 80 persen target kolektif.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih terus memantau hasil dari kesepakatan yang sudah berjalan sejak 1 Januari kemarin. "Kepatuhan dari negara-negara benar-benar fantastis," jelas dia.

"Saya menilai, hal ini menjadi kesepakatan terbaik yang pernah kami buat dalam jangka waktu yang cukup lama," ujar dia.

Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Aljazair dan Venezuela sudah bertemu dengan negara-negara non-OPEC seperti Rusia dan Oman untuk melakukan verifikasi terhadap produksi minyak dari 24 negara yang sudah melakukan kesepakatan untuk memangkas produksi 1,8 juta barel per hari selama enam bulan.

Dalam pertemuan tersebut, mereka membuktikan kalau OPEC memang benar-benar serius untuk memangkas kekenyangan kelebihan produksi yang sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Pertemuan tersebut juga untuk menghilangkan sikap skeptis dari dunia internasional.

Sekarang ini, harga minyak sudah berangsur naik ke level tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Harga minyak telah bertengger di level US$ 58 per barel. Kenaikan harga minyak tersebut setelah OPEC dan negara non-OPEC sepakat untuk mengakhiri produksi yang sangat tidak terkontrol dalam dua tahun terakhir.

Arab Saudi sebagai negara eksportir minyak terbesar di dunia telah melampaui target pemotongan produksi mereka yang sebesar 500 ribu barel per hari.

Al-Falih menerangkan, Aljazair dan Kuwait juga telah memotong sesuai dengan target masing-masing. Sementara Irak dan venezuela masih belum mencapai target masing-masing. Tetapi kedua negara tersebut mengaku sudah mendekati target.

Al-Falih berharap semua negara mematuhi dengan penuh kesepakatan yang telah dibuat pada bulan depan. Dengan kepatuhan tersebut maka stok minyak mentah di dunia dapat kembali normal pada pertengahan tahun nanti saat perjanjian berakhir pada Juni 2017.

Rusia pun juga sudah mengurangi produksi rata-rata sebesar 100 ribu barel per hari. Meskipun cukup besar, tetapi masih jauh dari perjanjian yaitu di angka 300 ribu barel per hari.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak berjanji akan memenuhi target tersebut yaitu penurunan produksi minyak sebesar 300 ribu per hari pada April atau Mei nanti.

"Kami mulai melihat adanya pergeseran momentum dan muncul sentimen bullish di pasar," terang Menteri Perminyakan Kuwait Essam Al-Marzouk. "Ini merupakan tanda yang menggembirakan bahwa kita semua berada pada jalur yang benar," sambung dia.