Harga Minyak Naik Berkat Melemahnya Dollar AS



( 2017-01-24 04:11:56 )

Harga minyak pada perdagangan hari Selasa (24.01.2017) meningkat imbas dengan melemahnya dolar Amerika Serikat (USD) dan pemotongan produksi yang diumumkan oleh OPEC mendapat dukungan pasar.

Mengutip dari Reuters, Selasa ini, patokan harga minyak berjangka Brent International naik 30 sen menjadi USD55,53 per barel pada pukul 01:47 GMT. Dan acuan minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) bertambah 27 sen menjadi USD53,02 per barel.

Dolar berkurang di dekat posisi terendah, tertekan oleh kekhawatiran investor tentang dampak dari sikap proteksionis Presiden AS Donald Trump. Dengan melemahnya dolar membuat komoditas greenback lebih murah bagi importir yang memegang mata uang lainnya.

Masalah lain menguatnya si emas hitam karena para menteri yang mewakili anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen non-OPEC dalam pertemuan di Wina, telah mengumumkan bahwa kesepakatan pemotongan produksi sebesar 1,5 juta barel per hari yang diterapkan per 1 Januari berhasil dilaksanakan.

Bernstein Energy mengatakan, bahwa persediaan minyak dunia mengalami penurunan sebesar 24 juta barel menjadi 5,7 miliar barel pada kuartal keempat tahun lalu dari kuartal sebelumnya. Namun, jumlah ini sekitar 60 hari konsumsi minyak dunia. "Ini adalah penurunan kuartalan terbesar sejak kuartal keempat tahun 2013, membalikkan dari kelebihan pasokan ke undersupply," dalam catatan mereka.

Menteri Perminyakan Irak mengatakan pada hari Senin bahwa mereka juga sepakat untuk mengurangi produksi minyak sebagai langkah untuk mengembalikan kembali harga minyak yang sepanjang 2016 melemah akibat kelebihan pasokan.

Meski demikian, penurunan pasokan oleh perusahaan minyak sedang diimbangi dengan peningkatan produksi AS. Perusahaan pengebor minyak AS menambahkan rig dalam empat tahun terakhir.

Produksi minyak negara Paman Sam telah meningkat lebih dari 6% sejak pertengahan 2016, meski masih di bawah puncak produksi mereka pada tahun 2015. Fawad Razaqzada, seorang analis untuk Forex.com, mengatakan produksi minyak AS yang lebih tinggi bisa membuat pasar kembali seimbang.