Pemerintah Perlu Pembiayaan Utang Rp 605 Triliun



( 2015-12-10 04:19:34 )

Pemerintah memerlukan pembiayaan utang sebesar Rp 605,3 triliun untuk 2016, ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. "Ada yang net pinjaman defisit 2016, refinancing, dan penyertaan modal negara," tandas Bambang. Bambang mengatakan, pemerintah memerlukan pembiayaan utang karena kondisi global pada 2016 diperkirakan tidak tepat, kendati akan dinilai lebih baik dibandingkan 2015. "Memang 2015 tidak dapat dikatakan krisis keuangan global, namun yang pasti ini tidak mudah bagi perekonomian global," pangkas mantan Wakil Menteri Keuangan itu.


Akibat lemahnya kondisi perekonomian di 2015 lantaran rencana Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan, merosotnya pertumbuhan ekonomi Cina di bawah 7 persen, dan turunnya harga komoditas, misalnya minyak mentah dunia. Bambang menjelaskan titik terendah harga minyak mentah terjadi tahun ini. "2015 kelam bagi ekonomi global dan dampaknya bagi kita," kata Bambang. Oleh karena itu, Bambang mengatakan anggaran untuk tahun depan lebih ekspansif. Dia pun menginginkan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dapat bekerja optimal mencari pembiayaan utang. Penyebabnya, pencarian pinjaman mata uang asing tahun depan lebih ketat. "Lelang akan lebih lama persaingannya karena negara lain perlu pembiayaan," kata Bambang. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan kondisi perekonomian global saat ini memang sedang anjlok. Hampir semua negara maju, dia bilang, mempunyai utang yang banyak. Tidak hanya 100 persen, tapi bisa 150 sampai 200 persen. "Ditinjau dari hal tersebut, kita sudah lebih baik," tandas mantan Gubernur Bank Indonesia itu. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan menyatakan pencarian pembiayaan utang akan dijalankan melalui penerbitan surat berharga negara sebesar Rp 532,4 triliun, penarikan pinjaman luar negeri non-SLA Rp 69,2 triliun, dan penarikan pinjaman dalam negeri Rp 3,7 triliun.


"SBN naik sedikit dari awal yang kami paparkan Rp 511 triliun karena yang akan jatuh tempo 2016 sangat mudah bergerak apabila kami terbitkan SBN singkat." Anggaran pendapatan dan belanja negara 2016 defisit sebesar Rp 273, 2 triliun. Sedangkan alokasi investasi penyertaan modal negara sekitar Rp 58,1 triliun dan pembiayaan utang jatuh tempo Rp 256 triliun. Adapun pengelolaan portofolio utang Rp 3 triliun dan SPN cash management Rp 15 triliun.