Presiden Baru Prancis



( 2017-05-08 03:54:19 )

Kandidat independen Emmanuel Macron memenangkan putaran kedua pemilihan presiden Prancis dengan telak. Macron jauh mengalahkan capres dari partai sayap kanan, Marine Le Pen, dengan perolehan suara 65,6 persen melawan 34,5 persen.
Macron akan menjadi presiden termuda pertama di Prancis di usianya yang baru 39 tahun. Ia juga menjadi orang pertama Negeri Mode dari "luar" dua partai tradisional semenjak 1958.
Dikutip dari BBC, Macron mengatakan kemenangannya adalah halaman pertama dalam sejarah Prancis. Ia ingin menjadi halaman yang berisi harapan dan memperbaharui kepercayaan masyarakat Prancis. Ia juga bersumpah akan menghabiskan lima tahun untuk melawan kekuatan yang selama ini menyepelekan Prancis dan menjamin persatuan negara serta melindungi dan membela Eropa
Dengan perhitungan suara yang mencapai 93 persen pada pukul 01.00 waktu Jakarta, Senin 8 Mei 2017, Macron meraih 19,3 juta suara. Sementara Le Pen hanya 10,4 juta suara. Hal itu diumumkan oleh Kementerian Dalam Negeri Prancis. Setelah kemenangan diumumkan, ribuan pendukung Macron berkumpul di depan Museum Louvre di pusat Kota Paris. Tak berapa lama, Macron turut bergabung bersama mereka.
Suami dari Brigitte Trogneux itu berulang kali mengatakan kepada para pendukungnya bahwa tugas berat telah menanti dan Prancis adalah negara besar. Saat Macron menyebut tentang lawannya, Le Pen, suara ejekan keras terdengar. Macron mengatakan bahwa akan memastikan bahwa di masa depan tak akan ada alasan bagi warga Prancis untuk memilih ekstremisme.
Macron adalah sosok liberal sentris, pro bisnis, dan pendukung kuat Uni Eropa. Ia meninggalkan partai sosialis pemerintah yang dipimpin Presiden petahana Prancis, Francois Hollande, pada Agustus tahun lalu dan membuat organisasi En Marche. Saat itu ia mengatakan kelompoknya bukan sayap kiri atau kanan.
Isi kampanye Macron adalah janji untuk mengurangi 120 ribu pekerjaan di sektor publik. Memotong anggaran umum sekitar US$ 65 miliar dan mengurangi pengangguran hingga di bawah 7 persen. Macron juga berjanji melindungi buruh dan perlindungan baru bagi para wirausahawan. Ia juga sangat mendukung platform Uni Eropa, hal yang sangat kontras dengan lawannya.
Sementara pemilu putaran kedua berlangsung, dilaporkan keamanan ketat dilakukan di ibu kota Prancis. Ada sejumlah insiden kecil tentang polisi yang menembakkan gas air mata ke beberapa ratus demonstran anti-kapitalis di dekat metro Ménilmontant.
Sementara itu, kandidat capres Marine Le Pen yang kalah telak dari Macron mengucapkan banyak terima kasih kepada 11 juta pemilihnya. Capres perempuan Prancis itu mengatakan bahwa pemilihan umum kali ini telah menunjukkan perpecahan antara "patriot dan globalis" dan menyerukan dimulainya kekuatan politik baru.
Le Pen mengatakan, partai Front Nasionalnya perlu memperbarui dirinya sendiri dan dia akan memulai transformasi yang mendalam di tubuh partai itu. Ia juga berjanji untuk memimpinnya ke dalam pemilihan parlemen yang akan datang. Beliau berharap agar Macron sukses dalam mengatasi "tantangan besar" yang akan dihadapinya nanti.
Kekalahan Le Pen tidak terlalu mengejutkan fakta bahwa tempat kecil pertemuan antara Le Pen dan pendukungnya, merupakan indikasi bahwa tim kampanye tersebut menduga akan kalah.