Bursa Asia Bergerak Menguat Walaupun Tipis di Awal Pekan Ini



( 2017-06-19 03:49:04 )

Bursa Asia dikabarkan bergerak sedikit menguat di awal pekan ini. Sementara itu pasar mata uang pundsterling dan euro bergerak stabil sebelum dimulainya perundingan mengenai persyaratan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Dilansir dari laman Reuters, Senin (19/6/2017), indeks MSCI merupakan yang terbesar di Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen pada awal perdagangan. Sementara indeks Nikkei Jepang naik 0,6 persen. Saham Australia dan KOSPI Korea Selatan, masing-masing melonjak 0,5 persen.

"Investor di kawasan Asia Pasifik menghadapi prospek yang beragam untuk memulai perdagangan," ujar Kepala Strategi Pasar CMC Markets di Sydney Michael McCarthy dalam catatannya.

Dia mengatakan, pasar saham Eropa dan AS berakhir menguat pada pekan lalu, namun harga komoditas yang lebih rendah dan pelemahan dolar AS mungkin membebani pasar pada awal perdagangan.

Pada hari Jumat lalu, Wall Street berakhir mixed, dengan sektor saham energi mengimbangi penurunan saham konsumen, yang dikuasai kesepakatan Amazon.com untuk membeli toko makanan Whalk Foods.

Indeks S&P 500 ditutup mendatar. Sementara Dow Jones Industrial Average berakhir 0,1 persen dan Nasdaq kehilangan 0,2 persen. Di pasar mata uang, pound sterling sedikit melemah di US$ 1,2772 dari posisinya pada Jumat. Namun ini lebih stabil dibandingkan saat usai terjadinya insiden van menabrak pejalan kaki di dekat stasiun Finsbury Park pada hari Senin. Mata uang Euro naik sedikit ke posisi US$ 1.1204.

Sekretaris Brexit David Davis akan memulai negosiasinya di Brussels pada hari ini, yang kemudian akan diikuti pertemuan puncak pada Kamis dan Jumat. Di mana Perdana Menteri Inggris Theresa May akan bertemu- namun bukan untuk bernegosiasi dengan - para pemimpin Uni Eropa.

Bersamaan dengan pertemuan ini, beberapa pejabat UE percaya bahwa pada akhirnya pemerintah Mei datang ke Brussels untuk melihat bagaimana negosiasi harus berjalan.

Selanjutnya mata uang dolar usai data perumahan AS jatuh untuk bulan ketiga di Mei ke level terendah dalam delapan bulan. Kemudian barometer sentimen konsumen AS secara tak terduga turun pada awal Juni, memicu kekhawatiran tentang rencana Federal Reserve untuk tetap melakukan pengetatan kebijakan moneternya.