Bursa Asia Bergerak Menguat Menanti Data Ekonomi China



( 2017-07-17 03:48:06 )

Bursa saham Asia bergerak menguat pada perdagangan awal pekan ini seiring dengan pelaku pasar menanti rilis data produk domestik bruto atau PDB China pada kuartal II 2017. Selain itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan akhir pekan lalu yang berimbas kepada bursa Asia.

Indeks saham MSCI Asia Pasific di luar Jepang pada perdagangan Senin (17/7/2017) bergerak menguat 0,2 persen. Kemudian Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,5 persen. Sementara indeks saham Australia malah menurun 0,1 persen.

Pelaku pasar memperhatikan rilis data ekonomi China. Ekonom mengharapkan bahwa ekonomi China tumbuh 6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi ini diprediksi melambat dari kuartal sebelumnya 6,9 persen.

Apabila ekonomi China bergerak menguat secara mengejutkan berdampak dongkrak saham dan harga komoditas secara global. Sebalikny, jika data ekonomi China melemah berdampak ke yuan. Sepanjang tahun ini, yuan sudah naik dua persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, bursa saham AS bergerak menguat pada akhir pekan berimbas positif ke bursa saham Asia. Menguatnya bursa AS ini didorong terjadi usai harga konsumen tidak berubah pada Juni dan data penjualan ritel turun.

Kemudian, berdasarkan survei, peluang suku bunga bank sentral AS naik pada Desember turun menjadi 43,1 persen usai data ekonomi keluar. Dari pasar uang, indeks dolar AS berada di level terendah dalam 10 bulan. Indeks dolar AS berada di posisi 95,10.

"Rilis data ekonomi AS pada Jumat pekan lalu mendorong aksi jual dolar AS," ujar Stephen Innes, Senior Trader OANDA, seperti dikutip hari ini dari laman Reuters.

Ia juga menambahkan, suku bunga bank sentral AS kemungkinan akan bergerak naik kurang dari 50 persen membuat pelaku pasar sudah mengantisipasi. Selain itu, tidak ada pernyataan pejabat bank sentral AS sebelum 26 Juli. "Dolar AS dapat bergejolak," lanjutnya.

Dolar AS cenderung stabil terhadap yen. Kini tercatat dolar AS berada di kisaran 112,45 terhadap yen usai turun 0,7 persen pada pekan lalu. Melemahnya dolar AS mendorong penguatan dolar Australia dan dolar Kanada. Sedangkan euro bergerak di kisaran US$ 1,1474