Kestabilan Inflasi dan Transisi Jadi Penentu Redenominasi Rupiah



( 2017-07-24 02:48:23 )

Penyederhanaan nilai mata uang rupiah atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan redenominasi, menurut Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution harus memperhatikan dua hal. Pertama yakni harus berpijak pada kestabilan inflasi yang bisa menjadi tanda membaiknya ekonomi Indonesia.

"Ini sudah lama kan tercetus. Kenapa baru sekarang, karena ekonomi kita sedang membaik dan ke depannya harus menjaga 2 hal. Satu adalah inflasi harus rendah, 3-4% itu oke. Jadi kalau inflasinya tinggi lebih tinggi di negara-negara lain itu nanti rupiahnya melorot lagi, nilai rupiahnya menurun," kata dia di Jakarta, pada hari Minggu (23.07.2017).

Kemudian yang kedua, lebih lanjut di ungkap oleh Darmin, yakni soal transisinya. Karena hingga saat ini, belum diputuskan mengenai berapa yang akan hilang di belakang angka pertama, apakah 3 atau 4 nol.

"Itu kan nanti belum diputuskan mau 3 nol apa 4 nol yang hilang. Kalau 3 nol hilang berarti USD1 akan berarti Rp13,3. Kalau di Malaysia itu USD1 itu 4 atau 5 komaan lah," kata dia.

Meski demikian, Ia menyatakan bahwa sebetulnya lebih mudah jika menghilangkan 3 angka dibelakang. karena jika penghilangan 4 angka menurutnya sulit untuk diterima masyarakat. "Kita mau yang Rp13,3 saja supaya gampang transisinya, tiga nol ilang. Atau 4, berarti 1 dolar 1,3 rupiah. Tapi itu lebih susah diterima. Karena kalo tiga nol hilang itu sebenarnya di otak orang itu sudah begitu. Kalau kamu ke restoran makanan itu satu porsi Rp40,5 maksudnya 40 ribu," pungkasnya.