Tingkat Bunga Anjlok, Nasabah Lindungi Investasi di Deposito



( 2017-10-23 03:58:44 )

Walaupun suku bunga simpanan selalu memperlihatkan tren penurunan, penempatan anggaran di deposito malah terus meningkat. Lambannya kemajuan ekonomi melakukan deposan mengamankan investasi di deposito meski bunga rendah.

Berdasarkan dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Agustus 2017 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan naik 9,59 persen menjadi Rp 5.052 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu, pertumbuhan DPK sudah naik 4,46 persen. Persentase pertumbuhan DPK itu pun sudah melampaui kenaikan kredit yang naik 8,25 persen menjadi Rp 4.448 triliun dibandingkan dengan Agustus 2016. Jika dibandingkan dengan Desember 2016, pertumbuhan kredit baru naik 2,54 persen.

Untuk instrumen DPK yang membukukan kenaikan paling tinggi adalah deposito sebesar 10,84 persen secara year on year (yoy) atau 9,04 persen secara year to date (ytd). Tren pertumbuhan deposito itu jauh lebih tinggi ketimbang giro dan tabungan. Giro hanya mencatatkan kenaikan 8,6 persen secara yoy atau tumbuh 2,46 persen secara ytd. Bahkan, untuk instrumen tabungan mencatatkan pertumbuhan 8,4 persen secara yoy, tetapi turun 0,47 persen secara ytd.

Parwati Surjaudaja selaku Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk. menjelaskan, senada dengan data industri, perseroan pun mencatat pertumbuhan DPK juga lebih tinggi ketimbang kredit. “Saya pikir ini disebabkan oleh gairah dunia usaha yang masih perlu didorong lagi,” tuturnya, pada akhir pekan lalu.

Parwati mengutarakan, bagi perseroan pun saat ini sedang tidak memiliki kebutuhan DPK dalam jumlah besar juga. “Kami pun secara berangsur-angsur akan turunkan suku bunga dana dan selanjutnya turut turunkan bunga kredit,” ujarnya.

Untuk suku bunga deposito counter rate bank berkode emiten NISP itu saat ini berada pada level 5 persen untuk tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Seimbang dengan Parwati, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan, saat ini perseroan pun ingin pertumbuhan DPK tidak terlalu melejit. “Soalnya, saat ini jumlah DPK sudah lebih dari cukup. Untuk itu, kami pun usahakan juga dengan menurunkan bunga deposito secara bertahap,” tuturnya.

Posisi bunga deposito counter rate bank berkode emiten BBCA itu untuk saldo di bawah Rp 2 miliar dengan tenor 1 bulan sebesar 4 persen, sedangkan untuk tenor 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan masing-masing sebesar 4,25 persen.

Adapun, untuk saldo di atas Rp 2 miliar sampai Rp 25 miliar memiliki tingkat bunga deposito lebih tinggi. Deposito tenor 1 bulan mendapatkan bunga 4,75 persen, 3 bulan sebesar 5 persen, 6 bulan dan 12 bulan masing-masing 4,5 persen. Sementara itu, dalam survei perbankan Bank Indonesia (BI) disebutkan pada kuartal IV/2017, pertumbuhan DPK masih berpotensi lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.

Pendorongnya antara lain, tingkat bunga DPK yang masih menarik bagi para deposan dan peningkatan pelayanan jasa bank. Padahal, kalau dilihat data OJK sampai Agustus 2017, suku bunga deposito semua tenor rata-rata sudah turun ke level 6 persen atau lebih rendah dibandingkan Agustus 2016 yang masih ada beberapa berada pada level 7 persen. Secara yoy, bunga deposito 1 bulan turun 38 basis poin (bps) menjadi 6,22 persen, tenor 3 bulan turun 53 bps menjadi 6,54 persen, tenor 6 bulan turun 58 bps menjadi 6,87 persen, dan tenor 12 bulan turun 89 bps menjadi 6,98 persen.

Edy Kuntardjo sebagai Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. mengungkapkan, tingkat nasabah yang masuk ke deposito memang masih banyak walaupun tingkat bunga sudah diturunkan. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh fenomena permintaan kredit yang belum tumbuh terlalu besar.

Dia melanjutkan, untuk pergeseran dana deposito dari bank besar ke bank kecil pun tidak terlalu signifikan. “Soalnya, dengan pertumbuhan kredit yang masih terbatas, dana yang masuk pun hanya jadi idle fund. LDR [loan to deposit ratio] kami saja sekarang berada di kisaran 70 persen,” tambahnya.