Rilis Data Pekerjaan AS Bikin Harga Emas Mendatar



( 2018-02-02 02:14:33 )

Harga emas mendatar pada perdagangan hari ini karena pasar mengantisipasi keluarnya data pekerjaan di Amerika Serikat pada akhir pekan yang akan menjadi panduan kebijakan moneter di tahun ini.

Melansir laman Reuters, pada hari Jumat (02.02.2018), harga emas di pasar spot mengalami penurunan sebesar 0,01 persen menjadi US$ 1.344,56 per ounce. Harga sempat menyentuh US$ 1.332,30 per ounce di sesi sebelumnya, terendah sejak 23 Januari.

Adapun emas berjangka AS untuk pengiriman April naik US$ 4,80, atau 0,4 persen menjadi US$ 1.347,90 per ounce.

The Fed memutuskan akan mempertahankan suku bunganya pada hari Rabu namun menaikkan outlook inflasi dan menandai kemungkinan kenaikan secara bertahap.

Satu hal yang bisa mendorong Bank Sentral kembali menaikkan suku bunganya tiga kali pada tahun ini adalah upah.

"Data pekerjaan pasti terus melaju lebih tinggi dengan tingkat pengangguran yang menurun, tapi upah sudah tak berubah," kata Chris Gaffney, Presiden World Market Jacksonville, yang berbasis di Florida.

Gaffney menambahkan, bahwa data pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan, tingkat pengangguran yang lebih rendah dan upah yang lebih tinggi akan memberi sinyal kekuatan dalam ekonomi, dan bisa menguatkan dolar kemudian menekan emas.

Harga emas menguat 3,2 persen pada bulan Januari dipicu dengan penurunan dolar ke posisi terendah dalam tiga tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.

Indeks dolar beringsut lebih rendah setelah Fed memberi isyarat keyakinan tentang inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS. Penguatan pandangan itu akan menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini.

Kekhawatiran inflasi umumnya meningkatkan emas, yang dilihat sebagai safe haven. Tapi harapan the Fedakan menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi membuat emas kurang menarik.

Adapun harga perak tergelincir 0,6 persen menjadi US$ 17,20 per ounce dan Platinum turun 0,5 persen menjadi US$ 999,50 per ounce.

Palladium 0,3 persen lebih tinggi ke posisi US$ 1.030,97 per ounce setelah menyentuh US$ 1.013,72 di awal sesi, terendah sejak tanggal 18 Desember.