Rencana Pembicaraan Nuklir Korea Utara Membuat Harga Emas Mengalami Kenaikan Sebesar 1,4%



( 2018-03-07 01:49:14 )

Harga emas mengalami kenaikan lebih dari 1 persen pada perdagangan di hari selasa karena nilai tukar dolar AS tertekan. Dolar AS meluncur turun setelah Korea Utara (Korut) memberikan sinyal untuk membuka perundingan soal nuklir.

Dolar AS mencapai titik terendah dalam dua pekan karena para pelaku pasar menaruhkan dana mereka ke aset-aset berisiko usai adanya berita bahwa para pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan akan bertemu untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir dan Korea Utara akan mengadakan pembicaraan nuklir dengan AS.

Mengutip Reuters, pada hari Rabu (07.03.2018), harga emas di pasar spot mengalami kenaikan sebesar 1,1 persen menjadi US$ 1.334,79 per ounce pada pukul 1.33 waktu London. Sementara untuk harga emas berjangka AS untuk pengiriman pada bulan April ditutup naik US$ 15,30 atau 1,2 persen ke level US$ 1.335,20 per ounce.

"Usai pelemahan dolar AS, bersama dengan komoditas lain yaitu minyak, harga emas naik karena mendapat keuntungan dari Korea Utara," jelas analis Saxo Bank,Ole Hansen.

Pada perdagangan sebelumnya, harga emas sempat tertekan karena kekhawatiran perang dagang. Presiden AS Donald Trump pekan lalu, jika AS akan memungut tarif impor lumayan besar pada aluminium dan baja.

Hal ini diikuti ancaman pembalasan dari Uni Eropa dan Kanada.

Sebelumnya, pemimpin Korea Utara, yang bernama Kim Jong-un mengatakan bahwa ia ingin meningkatkan kemajuan hubungan dengan Korea Selatan. Kepada delegasi Korsel, ia berharap dapat menulis sejarah baru soal reunifikasi nasional.

Hal tersebut disampaikan Kim Jong-un saat delegasi Korea Selatan yang dipimpin Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong berkunjung ke Pyongyang. Itu merupakan kunjungan untuk kali pertama sejak Kim menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi Korut pada tahun 2011.

"Ia (Kim Jong-un), bertukar pandangan mendalam mengenai isu-isu untuk meredakan ketegangan militer akut di Semenanjung Korea dan mengaktifkan dialog, kontak, kerja sama, dan pertukaran serba guna," demikian laporan media Korea Utara KCNA seperti dikutip The Guardian pada hari Selasa (06.03.2018).

"Ia berulang kali mengklarifikasi bahwa ini adalah pendirian kami yang konsisten dan berprinsip dan keinginan tegasnya untuk meningkatkan kemajuan hubungan Utara-Selatan dan menulis sebuah sejarah baru reunifikasi nasional oleh usaha bersama bangsa yang dibanggakan di dunia ini," imbuh laporan tersebut.

Belum jelas apa yang dimaksud dengan "kesepakatan memuaskan" dan meski Korea Utara mengundang Presiden Moon Jae-in untuk berkunjung ke Pyongyang, belum ada tanggal yang ditetapkan.

Secara teknis, Korea Utara dan Selatan berada dalam kondisi bermusuhan sejak Perang Korea yang berlangsung pada tahun 1950-1953 berakhir. Beberapa kali, negeri pimpinan Kim Jong-un itu pun mendapat kecaman luas dunia internasional akibat aktivitas pengembangan rudal dan nuklirnya.