IHSG Bakal Konsolidasi, Simak Saham Pilihan Berikut



( 2018-03-26 02:02:44 )

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan terkonsolidasi pada perdagangan saham di hari Senin pekan ini. Kondisi fundamental perekonomian topang pergerakan IHSG.

"Saat ini IHSG masih menunjukkan pergerakan yang terkonsolidasi dan sementara support level sedang diuji namun terlihat cukup kuat," tutur salah satu Analis dari PT Indosurya Bersinar Sekuritas, yang bernama William Suryawijaya, pada hari Senin (26.03.2018).

William lebih jauh menjelaskan kondisi fundamental perekonomian dapat berperan besar ciptakan pertumbuhan baik pada IHSG. Hal ini juga ditambah dengan emiten yang cemerlang di tahun ini.

"Jika melihat dari sisi fundamental perekonomian yang masih kuat, ini tentu masih memberikan harapan bahwa IHSG saat ini masih memiliki peluang besar dalam meraih pertumbuhan bagus sepanjang 2018, yang tentunya perlu ditopang oleh kinerja emiten yang cemerlang di tahun ini," tambah dia.

"IHSG akan berada pada kisaran 6.081 - 6.288," jelas dia.

Sementara itu, menurut salah satu Analis PT Binaartha Sekuritas, yang bernama Nafan Aji menyebutkan bahwa IHSG mengindikasikan adanya potensi rebound pada awal pekan hari Senin ini.

"Terlihat pola long white closing marubozu candle yang mengindikasikan adanya potensi rebound pada pergerakan indeks saham. IHSG akan menuju ke area resisten pada level 6.253 - 6.294," ujarnya.

Sebagai pilihan saham, William merekomendasikan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), serta PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP).

Nafan Aji merekomendasikam saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), dan juga PT Timah Tbk (TINS).

Gerai IHSG kembali tertekan pada pekan kemarin. Saham kapitalisasi besar bebani laju IHSG.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, IHSG turun 1,5 persen dari posisi 6.304 pada 9 Maret 2018 menjadi 6.210,69 pada Jumat 23 Maret 2018.

Tekanan IHSG tersebut didorong saham-saham kapitalisasi besar yang merosot 1,9 persen selama sepekan. Sedangkan saham kapitalisasi kecil melemah tipis 0,1 persen. Investor asing masih lanjutkan aksi jual pada pekan ini. Tercatat aksi jual investor asing mencapai USD 272 juta atau sekitar Rp 3,74 triliun (asumsi kurs Rp 13.759 per dolar Amerika Serikat).

Di pasar obligasi atau surat utang juga melemah. Indeks BINDO turun 0,08 persen selama sepekan. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun 20 basis poin menjadi 6,9 persen. Investor asing beli obligasi USD 404 juta atau sekitar Rp 5,55 triliun.

Ashmore mencatat ada sejumlah faktor mempengaruhi pasar keuangan baik dari eksternal dan internal. Vice President Sales and Marketing Distribution, PT Ashmore Assets Management Indonesia, Lydia Toisuta menuturkan, pada pekan ini pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve selama dua hari menjadi sorotan.

Seperti diperkirakan pelaku pasar, the Federal Reserve menaikkan suku bunga 25 basis poin, Pejabat the Federal Reserve juga menekankan kenaikan suku bunga sebanyak tiga kali. “Ini menenangkan pasar meski Powell (Gubernur The Fed-red) menekan menaikkan suku bunga secara bertahap,” ujar Lydia.

The Federal Reserve diperkirakan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun 2019 sehingga menjadi 2,9 persen dan 3,4 persen. Dengan melihat kondisi itu, the Federal Reserve dinilai kurang optimistis terhadap pertumbuhan 2018 meski kebijakan fiskal dan pemotongan pajak. Diprediksi kebijakan pajak itu berdampak pada 2019.

Lydia menuturkan, pasar juga bereaksi negatif terhadap potensi perang dagang Amerika Serikat dan China. Ini lantaran China mengumumkan akan menerapkan tarif impor terhadap 128 produk AS mulai dari babi, anggur, buah dan baja. Pemerintahan China mengatakan akan mempertimbangkan langkah lebih untuk hadapi AS jika tidak meraih kesepakatan dengan AS.

Langkah China tersebut dipicu dari Presiden AS Donald Trump menandatangani memorandum penerapan tarif impor barang China dapat mencapai USD 60 miliar.