Wall Street Tertekan Lonjakan Harga Minyak



( 2018-05-18 01:55:38 )

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup melemah karena kenaikan harga minyak dan investor khawatir pada meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China

Dikutip dari Reuters, pada hari Kamis (18.05.2018), indeks saham Dow Jones Industrial Average turun 54,95 poin atau 0,22 persen menjadi 24.713,98.

Kemudian indeks saham S&P 500 melemah 2,33 poin, atau 0,09 persen kelevel 2.720,13 dan Nasdaq Composite terkikis 15,82 poin atau 0,21 persen menjadi 7.382,47.

Komentar Presiden AS Donald Trump yang menyebut bahwa China terlalu dimanjakan dengan perdagangan, meningkatkan keraguan investor soal upaya Trump untuk menghindari perang tarif antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut.

"Saya pikir kekacauan perdagangan ini tentu saja mempengaruhi suasana hati investor," kata Jim Bell, Presiden Direktur Investasi Bell Investment Advisors di Oakland, California.

"Jika perang tarif terwujud, bisnis Amerika menderita," tambah Bell.

Berkurangnya stok telah mendongkrak harga minyak ke level tertinggi dalam 3,5 tahun. Indeks S&P Energy naik 1,3 persen, menjadi penopang utama indeks saham S&P 500. Indeks Russell 2000 ditutup pada rekor tertinggi dalam dua hari berturut-turut.

Saham perusahaan raksasa berkelas internasional lebih tertekan karena kenaikan harga minyak dan penguatan dolar AS. "Perusahaan kecil tidak terkena dinamika perdagangan internasional," kata Bell.

Sentimen lain yang menekan Wall Street adalah laporan ekonomi AS menunjukkan angka pengangguran AS turun ke level terendah sejak 1973. Kondisi pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan menguatnya inflasi mendorong kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve pada bulan depan.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melompat ke 3,11 persen, atau level tertinggi dalam tujuh tahun.

Saham Cisco Systems (CSCO.O) turun 2,8 persen menjadi penghambat terbesar pada indeks S&P 500 dan Nasdaq. Sementara saham Walmart (WMT.N) turun 1,9 persen karena kinerja keuangan perseoan yang masih tertekan.