Gejolak Politik Italia Menyeret Wall Street Jatuh



( 2018-05-30 02:32:16 )

Wall Street ditutup melemah dengan indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average mencatat penurunan persentase satu hari terbesar dalam sebulan. Ini dipicu gejolak politik di Italia yang memicu kekhawatiran tentang stabilitas zona euro dan kejatuhan saham bank Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 391,64 poin, atau 1,58 persen, menjadi 24,361.45. Sementara indeks S& P 500 kehilangan 31,47 poin, atau 1,16 persen, menjadi 2.689,86 dan Nasdaq Composite turun 37,26 poin, atau 0,5 persen, menjadi 7.396,59.

Pasar saham AS turut dipengaruhi oleh kondisi politik di Italia. Negara ini tidak dapat membentuk pemerintah koalisi sejak berlangsungnya pemilu yang tidak menentu pada bulan Maret, yang memunculkan partai anti-kemapanan yang mendukung untuk meninggalkan euro.

Calon paling baru sebagai perdana menteri gagal mendapatkan dukungan dari partai politik besar di negara itu.

Krisis politik di Roma, dan ancaman terhadap euro turut memicu pembelian aset safe haven seperti utang AS, yang menurunkan imbal hasil (yield) Treasury 10-tahun AS dan pada gilirannya memacu kerugian bagi perbankan AS.

Kali ini, indeks saham bank S & P 500 mencatat penurunan satu hari terbesar dalam lebih dari dua bulan, berakhir turun lebih dari 4 persen.

"Hubungan langsung antara pemerintah Italia dan pelemahan S & P 500 lemah, tetapi secara tidak langsung mengingatkan orang pada ketidakpastian geopolitik," kata Ed Keon, Kepala Strategi Investasi QMA Newark, New Jersey.

Saham perbankan besar AS juga tertekan prediksi yang suram dari JPMorgan Chase & Co dan Morgan Stanley.

Kepala bank korporasi dan investasi JPMorgan mengatakan, pendapatan bank di kuartal kedua akan mendatar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Saham JPMorgan Chase, yang turun 4,3 persen, merupakan hambatan terbesar pada indeks S&P 500. Saham Morgan Stanley turun 5,8 persen, persentase penurunan terbesar kedua pada indeks.

"Ini berkembang menjadi lingkungan terbesar untuk saham bank," kata Tim Ghriskey, Kepala Strategi Investasi Inverness Counsel di New York.

Saham perusahaan energi juga menurun seiring penurunan harga minyak mentah berjangka AS yang dipicu ekspektasi bahwa Arab Saudi dan Rusia dapat memompa lebih banyak minyak mentah untuk mengkompensasi kekurangan pasokan global.

Volume perdagangan di bursa AS kali ini mencapai 7,58 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 6,58 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.