Suku Bunga The Fed Naik, IHSG Bakal Terkoreksi



( 2018-09-27 03:01:19 )

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak melemah pada perdagangan saham Kamis (27/9/2018) dipicu keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 2,25 persen.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed ini tentu berdampak pada kondisi pasar modal RI. Investor kini tengah menanti putusan suku bunga acuan Bank Indonesia usai The Fed naikkan suku bunga.
Oleh karena itu, laju IHSG hari ini saya rasa bakal berada di teritori negatif. Itu dengan tekanan bearsih setelah ditutup dibawah level MA50 dan MA5.
Pada pergerakan indeks saham hari ini, IHSG akan berada pada rentang 5.820-5.905. Perhatian pasar memang akhir-akhir ini memang tertuju pada pertemuan the Fed. Terutama bagaimana kebijakan moneter bank sentral AS itu berpengaruh pada mata uang garuda.
Kekhawatiran pelemahan rupiah menciptakan tekanan tersendiri bagi pergerakan IHSG untuk melaju di zona positif pada hari ini.
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah. Namun, pelemahan IHSG terbatas. Pada penutupan perdagangan saham, Rabu 26 September 2018, IHSG melemah tipis 1,02 poin atau 0,02 persen ke posisi 5.873,27. Indeks saham LQ45 susut 0,12 persen ke posisi 925,50. Indeks saham acuan bervariasi.
Sebanyak 180 saham melemah sehingga mendorong IHSG tertekan. Sedangkan 180 saham menguat dan 125 saham diam di tempat. Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.908,58 dan terendah 5.870,30.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 373.034 kali dengan volume perdagangan saham 10,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,3 triliun. Investor asing beli saham Rp 21,87 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.893.
Sebagian besar sektoral saham melemah kecuali sektor saham aneka industri naik 1,58 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham pertanian mendaki 0,76 persen dan sektor saham infrastruktur menanjak 0,37 persen.
Sementara itu, sektor saham perdagangan susut 0,56 persen. Disusul sektor saham barang konsumsi melemah 0,43 persen dan sektor saham industri dasar merosot 0,29 persen.
Saham-saham yang catatkan penguatan terbesar antara lain saham TRIO menanjak 25,26 persen ke posisi Rp 238 per saham, saham NIKL melonjak 24,43 persen ke posisi Rp 4.330 per saham, dan saham DIGI mendaki 19,42 persen ke posisi Rp 1.230 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham INCF melemah 25,60 persen ke posisi Rp 125 per saham, saham ARTA tergelincir 24,66 persen ke posisi Rp 220 per saham, dan saham PANI susut 15,97 persen ke posisi Rp 500 per saham.
Bursa saham Asia sebagian besar menghijau. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,15 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,68 persen, indeks saham Jepang Nikkei menanjak 0,39 persen, indeks saham Thailand mendaki 0,14 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,92 persen dan indeks saham Singapura menguat 0,10 persen. Sementara itu, indeks saham Taiwan melemah 0,04 persen.
Para pelaku pasar menyoroti rencana Bank Indonesia (BI) yang akan menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate (7-DDR) sebesar 25 basis poin dari 5,5 persen menjadi 5,75 persen.Ini usai keputusan bank sentral Amerika Serikat nanti untuk menaikkan suku bunga.
Apalagi sebelumnya rupiah sempat sentuh level 15.000 kemudian pada akhirnya kembali terapresiasi ke level 14.915. Wacana BI itu diyakini akan mengurangi dampak dari capital outflow. Hal tersebut memberikan sentimen positif untuk penguatan IHSG dan rupiah.