Dow Jones Mencetak Rekor, Namun Saham Facebook Menekan S & P 500 dan Nasdaq



( 2018-10-03 02:43:21 )

Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang merupakan indeks acuan bursa saham di Amerika Serikat (AS) mampu mencetak rekor pada penutupan perdagangan di hari Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Namun sayangnya pelemahan saham Facebok membebani indeks acuan lain yaitu S&P 500 dan Nasdaq.

Mengutip Reuters, pada hari Rabu (03.10.2018), Dow Jones Industrial Average mengalami kenaikan sebesar 122,73 poin atau 0,46 persen menjadi 26.773,94. Sedangkan S&P 500 kehilangan 1,16 poin atau 0,04 persen menjadi 2.923,43 dan Nasdaq Composite turun 37,76 poin atau 0,47 persen menjadi 7.999,55.

Penguatan Dow Jones didorong oleh saham Boeing dan Caterpillar karena investor cukup optimistis bahwa perusahaan-perusahaan tersebut bakal mendapat keuntungan dengan negosiasi kesepakatan perdagangan antara AS dengan Kanada dan Meksiko.

Sementara kebalikannya, saham Facebook menjadi beban unruk indeks acuan lain yaitu S&P 500 dan Nasdaq. Dalam sesi terakhir perdagangan, saham facebook turun 1,1 persen. Sedangkan jika diakumulasi dalam tiga sesi perdagangan berturut-turut, saham Facebook turun 5,6 persen.

Perusahaan media sosial tersebut pada hari Jumat lalu mengungkapkan bahwa telah terjadi pelanggaran keamanan terburuk yang membuat privasi pengguna terabaikan. Saat ini, pihak yang berwenang terus memaksa perusahaan teknologi tersebut untuk bertanggung jawab atas keamanan online secara serius.

"Ini merupakan perusahaan yang sangat rentan dengan berbagai isu sekecil apapun," jelas senior vice president Wedbush Securities, San Francisco, Stephen Massocca.

"Sangat mudah membuat ketakutan investor. Jika saham Facebook mengalami tekanan maka akan langsung berpengaruh kepada saham-saham di sektor teknologi lainnya," tambah dia.

Saham kelompok FANG yaitu Facebook, Netflix dan Amazon membuat tekanan yang cukup dalam pada indeks acuan Nasdaq.

Sedangkan untuk saham-saham sektor keuangan pada perdagangan di hari Selasa tidak banyak mengalami perubahan.

Pada perdagangan sebelumnya, saham-saham di sektor finansial mengalami tekanan yang cukup dalam karena adanya penurunan harga saham dari bank-bank Italia.

Hal itu terjadi karena adanya komentar dari salah satu anggota senior parlemen yang berkuasa di Italia yang mengatakan bahwa sebagian besar masalah ekonomi di negara tersebut akan dapat diselesaikan jika ingin beralih ke mata uang sendiri.

Pasar sangat sensitif terhadap perkembangan politik di Italia setelah partai yang berkuasa mengusulkan APBN dengan target defisit yang lebih tinggi dari perkiraan, memperburuk ketegangan dengan para pemimpin zona euro lainnya dan mengkhawatirkan investor.