Persediaan Menurun, Harga Minyak Bervariasi



( 2018-10-25 02:26:02 )

Harga minyak Amerika Serikat (AS) naik moderat usai beberapa hari tertekan. Hal itu didorong oleh penarikan jauh lebih besar dari perkiraan persediaan bensin dan solar AS.

Namun, pelaku pasar khwatir tentang permintaan dunia dan bursa saham global yang tertekan akan kurangi pembelian aset seperti minyak oleh manajer investasi. Pada perdagangan di hari Selasa waktu setempat, harga minyak merosot lima persen karena kekhawatiran tentang prospek ekonomi yang lemah. Sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran pun mendukung harga.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan sebesar 39 sen atau 0,6 persen ke posisi USD 66,82 per barel. Harga minyak Brent melemah 27 sen atau 0,4 persen ke posisi USD 76,17 per barel.

Harga minyak acuan ini dipengaruhi prospek pasokan dunia dan Arab Saudi menyatakan akan meningkatkan produksi dapat kurangi minat beli terhadap Brent.

Departemen Energi AS juga menyatakan, stok bensin turun 4,8 juta barel menjadi 229,3 juta barel pada pekan lalu, level ini terendah sejak bulan Desember 2017. Distilasi yang termasuk diesel turun 2,3 juta barel. Data EIA menunjukkan persediaan minyak mentah naik 6,3 juta barel jauh lebih tinggi dari kenaikan 3,7 juta barel. Harga bensin berjangka AS naik 0,9 persen menjadi USD 1,835 per gallon.

"Isu utamanya harga minyak seiring penurunan pasokan bensin. Pasar bertahan di sana cukup bagus," ujar salah satu Analis, pada hari Kamis (25.10.2018).

Flynn menuturkan, bahwa pemanfaatan pemurnian naik moderat jadi sinyal musim pemeliharaan kilang akan segera berakhir. Penyuling akan mulai proses lebih banyak minyak diesel dan pemanas saat musim dingin mendekat.

Sementara itu, menurut salah satu menuturkan, bahwa terlepas dari aksi jual di saham dalam beberapa hari ini, pihaknya harus melihat bukti sebelum melihat ada perlambatan permintaan.

Berdasarkan sumber, dengan ada sanksi AS terhadap ekspor Iran yang berlaku pada tanggal 4 November membuat dua perusahaan penyulingan China tidak berencana memuat minyak Iran pada November.

Sejumlah analis menilai, untuk harga minyak dapat berbalik arah sebelum akhir tahun. "Kami merasa bahwa kejutan ke depan hingga batas waktu 4 November lebih cenderung menjadi bullishketimbang bearish meski Arab Saudi menjadi produksi lebih kuat," ujar Presiden Direktur Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.