Data Perumahan AS Membayangi Harga Emas



( 2018-11-19 02:44:09 )

Salah satu analis mengingatkan investor untuk tidak berharap terlalu banyak dalam waktu dekat untuk harga emas. Ini seiring waktu perdagangan yang pendek karena Amerika Serikat (AS) merayakan Thanksgiving.

Hal itu terjadi di tengah optimisme di pasar emas meningkat seiring harga emas berakhir di zona positif pada akhir pekan lalu. Harga emas untuk pengiriman Desember naik 1 persen ke posisi USD 1.223,10 per ounce.

Menurut salah satu analis, level resistance diuji pada pekan ini di posisi USD 1.246. Pendiri Dragonfly Capital, Greg Harmon menuturkan, level tersebut merupakan level teknis yang kuat di pasar dan menandakan pembalikan tren. Harmon menambahkan, potensi harga emas menguat sulit dalam waktu dekat. Pergerakan harga emas tetap sideways.

Menurut salah satu analis RJO Futures, yang bernama Philip Streible mengatakan, bahwa pihaknya juga mengamati level harga emas di posisi USD 1.240. "Hingga kita mendapatkan posisi di atas level itu, harga emas dapat turun dan dengan mudah kembali jatuh di bawah USD 1.200 per ounce," ujar dia, seperti dikutip dari laman Kitco, pada hari Senin (19.11.2018).

Sentimen yang akan mempengaruhi harga emas yaitu kekhawatiran mulai meningkat terhadap kesehatan ekonomi global. Ancaman pertumbuhan ekonomi global yang semakin melemah sebabkan sebagian pelaku pasar mengurangi investasi di saham dan mencari aset safe haven seperti emas.

Selain itu, the Federal Reserve juga melihat meski ekonomi AS tetap sehat, tapi ada risiko ke depan. Hal itu disampaikan Pimpinan the Federal Reserve atau bank sentral AS Jerome Powell saat acara di the Federal Reserve of Dallas.

Harapan pertumbuhan melemah juga berdampak terhadap dolar AS dan harapan suku bunga. Meskipun kenaikan suku bunga Desember dipandang sebagai sesuatu yang pasti, pasar menurunkan harapan kenaikan suku bunga pada tahun 2019.

Menurut salah satu analis Bloomberg Intelligence, yang bernama Mike McGloione mengatakan, yang diperlukan emas untuk reli yaitu berakhirnya pengetatan kebijakan moneter. "Emas sudah matang untuk reli. Sedangkan harga emas turun membutuhkan dolar AS tetap tinggi dan volatilisasi pasar saham menurun," ujar dia.

Sementara itu, Analis Teknikal City Index, Fawad Razaqzada menuturkan, bahwa investor harus perhatikan data ekonomi AS. Ini dapat menentukan langkah selanjutnya dari logam mulia. “Jika kita melihat bukti lebih lanjut dari perlambatan ekonomi. Saya pikir kita akan melihat dorong emas yang lebih tinggi. Sepertinya pasar ingin menguji level tertinggi lagi pada Oktober,” tutur dia.

Meski investor mungkin akan fokus pada liburan Thanksgiving dan Black Fridat, tetapi data perumahan AS akan dirilis. Analis menuturkan, laporan tersebut berpotensi menambahkan sejumlah volatilitas ke pasar yang sudah bergairah.

Pasar perumahan AS cenderung tertekan dalam tujuh bulan terakhir. Ini melihat rendahnya konstruksi dan penjualan rumah pada tahun 2018. Menurut ekonom, kenaikan harga rumah dan tingkat hipotek lebih tinggi karena meningkatnya suku bunga mendorong banyak pembeli rumah untuk pertama kali enggan untuk masuk.

Dari luar AS, analis menuturkan, meningkatnya kekhawatiran Britain Exit (brexit) yang menyeret turun pasar saham Eropa juga mendukung harga emas dalam waktu dekat.

Awal pekan ini, Perdana Menteri Inggris Theresa May menyerahkan kabinetnya dengan rancangan perjanjian Brexit yang diterima dengan beberapa kritikan pedas ketika dua anggota senior pemerintahan Inggris mengundurkan diri. Ekonom Nomura menuturkan, ketidakpastian ini akan tetap menjadi “angin” bagi ekonomi Inggris.

“Ada satu bulan lagi sebelum kesepakatan dengan ada KTT Uni Eropa dan parlemen Inggris. Ini mungkin berarti penurunan lain dalam investasi bisnis di kuartal terakhir tahun 2018 dan mungkin awal tahun depan. Itu akan membuat setahun penuh atau investasi menurun. Ini pertama kali sejak krisis keuangan global,” ujar Ekonom Nomura.