Harga Minyak Tertekan Akibat Ketegangan Antara Arab Saudi dengan Iran



( 2016-01-05 04:26:15 )

Konflik yang terjadi antara Arab Saudi dan Iran mengakibatkan terjadinya volatitas perdagangan minyak untuk awal pekan ini.

Harga minyak pun menurun bersamaan dengan pelaku pasar yang merasa cemas terhadap situasi politik yang tidak stabil di Timur Tengah sehingga dapat menyulitkan prospek harga minyak di tahun 2016.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Februari susut 0,8 persen menjadi US$ 36,76 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga emas WTI juga sempat diperdagangkan pada posisi tertinggi US$ 38,39 dan terendah di posisi US$ 36,33.

Disisi lain harga minyak Brent untuk pengiriman Februari alami pelemahan 0,2 persen menjadi US$ 37,22 per barel di bursa London ICE Futures.

Di akhir pekan lalu, Arab Saudi mengakhiri hubungan diplomatik dengan Iran, yang merupakan sesama anggota organisasi negara pengekspor minyak. Keputusan yang diambil Arab Saudi tersebut muncul ketika ratusan warga Iran memprotes kebijakan Arab Saudi terhadap ulama Syiah terkemuka.

"Jika kondisi ketegangan menjadi lebih kuat antara Arab Saudi dan iran, hal tersebut dapat memberi lonjakan besar bagi harga minyak," ujar Naeem Aslam, Kepala Riset AvaTrade.

Namun, secara keseluruhan ketegangan yang terjadi antara dua produsen utama minyak tersebut menambah ketidakpastian harga minyak. Padahal harga minyak telah menurun ke level terendah sejak 2015 seiring dengan meningkatnya pasokan.

"Tak ada yang berubah secara fundamental, dan produsen minyak dunia akan terus menggenjot kapasitas sampai maksimal di masa yang akan datang, dan sebagai hasilnya mungkin tetap harga minyak mendekati US$ 40 per barel," ujar Tyler Richey, Co-Editor The 7:00 Report.

Ia melanjutkan, kemungkinan besar tidak mungkin Arab Saudi dan Iran berperang satu sama lain. Akan tetapi, kemelut yang terjadi dapat memicu harga minyak berpotensi ke US$ 50 atau lebih.

Gao Jian, Analis Energi SCI Internasional mengatakan, ketidakpastian bertumbuh akibat ketegangan dua negara itu. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi sanksi terhadap Iran.

"Setiap kemungkinan penundaan dan pembatalan sanksi akan memberi dampak positif bagi harga minyak," ujar Jian.