Harga Minyak Terjun Bebas Akibat Cadangan Melimpah



( 2016-01-06 04:00:56 )

Harga minyak mengalami penurunan pada level terendah dalam dua minggu terakhir pada penutupan perdagangan hari Rabu (Selasa pagi waktu Jakarta). Pelemahan harga minyak terjadi karena adanya spekulasi terkait laporan pemerintah yang kemungkinan besar akan memperlihatkan jumlah cadangan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) berlebih.

Dilansir dari laman Bloomberg, edisi Rabu (6/1/2016), harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman bulan Februari turun 79 sen dan menetap di posisi US$ 35,97 per barel di New York Mercantile Excange. Angka penutupan tersebut adalah angka penutupan paling rendah sejak 21 Desember. Pada 2015 kemarin, harga minyak juga sudah turun 30 persen.

Sedangkan untuk harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak global untuk pengiriman Februari juga turun 80 sen atau 2,1 persen ke US$ 36,42 per barel di London ICE Futures Europe Exchange.

Dari hasil survei yang dilakukan Bloomberg, stok minyak mentah di AS diprediksi melebihi angka 130 juta barel. Angka tersebut merupakan rata-rata selama lima tahun terakhir. The American Petroleum Institute (API) akan melaporkan jumlah tersebut pada hari Rabu waktu setempat.

"Pelaku pasar tengah mengalami tekanan sebab kemungkinan besar baik API maupun EIA akan memperlihatkan angka persediaan pada Cushing yang akan meningkat tinggi," ujar Direktur Perdagangan Berjangka Mizuho Securities USA, Bob Yawger.

Harga minyak sebenarnya sedang terombang-ambing diantara dua sentimen. ketegangan geopolitik di Timur Tengah kemungkinan besar mampu mendorong harga minyak. Pada akhir pekan lalu, Arab Saudi telah mengakhiri hubungan diplomatik dengan Iran, yang merupakan sesama anggota organisasi negara pengekspor minyak. Keputusan Arab Saudi tersebut muncul ketika ratusan warga Iran memprotes kebijakan Arab Saudi terhadap ulama Syiah terkemuka.

"Jika ketegangan antara Arab Saudi dengan Iran menjadi lebih kuat, hal itu dapat membawa lonjakan besar bagi harga minyak," ujar Naeem Aslam, Kepala Riset AvaTrade.

Akan tetapi, sebaliknya keterangan ekonomi dari China yang belum mengindikasikan perbaikan kemungkinan besar akan terus menekan harga minyak. Pasar saham, pasar komoditas dan pasar mata uang juga berisiko dikarenakan sentimen China. Situasi perkembangan ekonomi China menjadi isu utama di dunia.

Harga minyak juga terus alami tekanan yang disebabkan nilai tukar dolar AS terus menguat. Penguatan dolar AS tersebut mengurangi daya tarik setiap komoditas dalam mata uang tersebut.