RI Catatkan Surplus USD 50 Juta Pada Januari 2016



( 2016-02-15 08:44:22 )

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2016 surplus USD 50,6 juta. Dengan rincian untuk nilai ekspor Indonesia Januari 2016 sebesar USD 10,5 miliar atau terjadi penurunan 11,88 persen dibandingkan nilai ekspor Desember 2015 sebesar USD 11,89 miliar.

Sementara pada sektor migas (minyak dan gas) dan non migas terjadi penurunan yakni migas turun 14,81 persen dibanding Desember 2015, atau dari USD 1,3 miliar menjadi USD 1,11 miliar. Pada non migas turun dari USD 10,62 miliar, ke USD 9,39 miliar.

Pendapatan terbesar untuk ekspor kita adalah lemak dan minyak hewan nabati sebesar USD1,30 miliar dan bahan bakar mineral USD 1,08 miliar, jelas Kepala BPS, Suryamin Jakarta, Senin (15/2/2016).

Dia menambahkan tiga negara sebagai pangsa pasar ekspor nonmigas Januari 2016 terbesar yakni Amerika Serikat dengan total USD 1,23 miliar atau 13,10 persen, Jepang USD 1,04 miliar atau 11,11 persen dan Tiongkok USD 886,7 juta atau 9,44 persen. Sedangkan untuk ekspor ke ASEAN USD 1,92 miliar atau 20,48 persen dan ke Uni Eropa USD 1,16 miliar atau 12,40 persen.

Untuk impor sendiri, di Januari 2016 berada pada angka USD 10,45 miliar, turun 13,48 persen dibanding Desember 2015. Untuk migas turun 32,10 persen dari USD 1,80 miliar ke USD 1,22 miliar serta nonmigas dari USD 10,28 miliar ke USD 9,23 miliar, turun 10,22 persen. Untuk share terbesar mesin dan peralatan mekanik sebesar USD 1,79 miliar, dan mesin peralatan lisrik USD 1,12 miliar, lanjutnya.

Untuk pangsa impor nonmigas terbesar Januari 2016, dijelaskan datang dari Tiongkok sebesar USD 2,48 miliar atau 26,86 persen. Jepang USD 898,2 juta atau 9,73 persen dan Thailand USD 664,8 juta atau 7,20 persen. Sedangkan impor nonmigas dari ASEAN USD 2 miliar 21,63 persen dan impor nonmigas dari uni eropa USD 0,98 miliar 10,59 persen, ucapnya.