Bursa Asia Tertekan Kekhawatiran Isu Brexit



( 2016-06-15 05:10:49 )

Pasar saham Asia merosot mendekati posisi terendah dalam tiga pekan, dipicu kekhawatiran tentang kemungkinan Inggris meninggalkan Uni Eropa dalam Referendum yang akan digelar pekan depan.

Sementara referendum tersebut membuat pelaku pasar memilih untuk memindahkan investasi ke aset safe haven seperti emas dan yen.

Melansir laman Reuters, Rabu (15/6/2016), indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,2 persen sementara Nikkei Jepang turun 0,5 persen.

Saham China daratan, menjadi pemain terburuk di Asia tahun ini. Tekanan bisa terus terjadi pada pasar saham China bila indeks MSCI tidak menambahkan ekuitas domestik Cina ke patokan indeks global negara berkembang.

Akan ada beberapa kekecewaan atas keputusan MSCI pada saat fundamental ekonomi China yang tidak kondusif untuk membuat harga saham melaju, Ucap Shingo Ito, Ekonom Senior Mizuho Research Institute.

Sebelumnya Wall Street terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Terdapat dua sentimen utama yang menjadi penekan Wall Street. Pertama mengenai stabilitas ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kedua mengenai rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau biasa disebut Britain Exit (Brexit).

Demikian pula Pasar saham Eropa yang lebih berada di bawah tekanan. Dengan FTSE Inggris jatuh 2,0 persen ke level terendah dalam 31/2 bulan di tengah kekhawatiran keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa merugikan ekonomi Inggris, yang bahkan membuatnya masuk ke dalam resesi.

Dampak ekonomi akan terjadi selama hitungan bulan dan tahunan, tidak segera. Tapi pasar keuangan terus mencoba untuk melihat ke depan dan apa yang akan terjadi, kata Michael Metcalfe, Kepala Strategi Makro Global State Street Global Markets yang berbasis di London.

Kekhawatiran bahwa Brexit akan menimbulkan pukulan keras terhadap integrasi Eropa telah membantu mendorong biaya pinjaman dari negara-negara Eropa dengan peringkat kredit yang lemah.

Investor berbondong-bondong menyelamatkan diri dari obligasi Jerman, yang memberikan imbal hasil di bawah nol untuk pertama kalinya dalam sejarah.