Wall Street Melemah Jelang Referendum Inggris



( 2016-06-23 05:03:54 )

Wall Street tergelincir pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) karena investor fokus pada referendum yang akan digelar Inggris guna menentukan keanggotaannya di Uni Eropa. Pelemahan bursa Amerika Serikat juga dipicu turunnya harga minyak dunia.

Melansir Wall Street Journal, Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 49 poin, atau 0,3 persen ke 17.781. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite turun 0,2 persen.

Saham energi memimpin penurunan pada indeks S&P 500 yang jatuh 0,6 persen. Sementara harga minyak AS turun 1,4 persen menjadi US$ 49,13/barel setelah data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun kurang dari perkiraan pada pekan lalu.

Saham, obligasi dan mata uang di seluruh dunia baru-baru ini menguat terdorong harapan tentang Referendum Inggris. Aset berisiko seperti saham dan minyak untung ketika jajak pendapat memprediksi pilihan untuk Inggris akan tetap tergabung dalam UE menguat, tapi kemudian jatuh ketika muncul peluang dukungan keluar dari UE.

Demikian pula mata uang Pound Inggris melemah setelah sebuah jajak pendapat menunjukkan lebih besarnya pilihan untuk meninggalkan UE hingga 45 persen, sementara yang memutuskan tetap hanya 44 persen.

Pemain di kedua sisi terus berlindung pada suara Brexit, ucap Tom Carter, Managing Director Jones Trading. Menurutnya, penurunan saham bertepatan dengan jajak pendapat dan jatuhnya harga minyak yang mendorong saham energi lebih rendah.

Sementara Stoxx Europe 600 tercatat naik 0,4 persen, ini merupakan reli tiga hari terbesar sejak Agustus. Sedangkan London FTSE 100 naik 0,6 persen.

Para investor menjadi lebih gugup daripada sebelumnya, ucap Michelle McGrade, Kepala Investasi TD Direct Investing di London.

Ketua The Fed Janet Yellen sebelumnya mengatakan bahwa keputusan Inggris bisa memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi dunia.

Pada Kamis waktu setempat warga Inggris akan menggelar jajak pendapat untuk menentukan apakah Inggris akan tetap bergabung dengan Uni Eropa atau tidak. Sebagian besar pelaku pasar memang menginginkan agar Inggris tidak keluar dari Uni Eropa.